Menteri Budi Santoso Ungkap Sejumlah Faktor Pemicu Tutupnya Toko Ritel Modern

Menteri Perdagangan Budi Santoso. (Foto: Antara/Maria Cicilia Galuh)
Menteri Perdagangan Budi Santoso. (Foto: Antara/Maria Cicilia Galuh)
0 Komentar

MENTERI Perdagangan Budi Santoso mengungkap sejumlah faktor yang menjadi pemicu tutupnya toko-toko ritel modern di Indonesia.

Pertama, mayoritas toko ritel modern hanya mengandalkan bisnis untuk keperluan masyarakat. Dalam hal ini, ritel tidak memberikan daya tawar yang menarik untuk menggaet daya tarik masyarakat sehingga kalah saing.

“Ada yang bertanya kenapa banyak retail modern tutup? Bahkan ada beberapa yang tutup. Nah itu kalau kami diskusi dengan APPBI, Itu ternyata kalau retail modern itu hanya jualan ya, tidak ada experience di situ, Tidak ada journey di situ. Ya dia pasti akan kalah dengan UMKM,” kata Budi di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Rabu (4/6/2025).

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

Kedua, berubahnya pola berbelanja masyarakat. Dahulu, masyarakat biasanya berbelanja untuk memenuhi kebutuhan untuk satu bulan. Untuk berbelanja kebutuhan itu, masyarakat memilih belanja di toko ritel modern.

Sedangkan, saat ini masyarakat hanya berbelanja untuk kebutuhan 1 hingga 2 hari sehingga lebih memilih untuk berbelanja di toko ritel terdekat.

“Kemudian juga kalau mal department store itu Hanya tempat belanja Tidak ada tempat misalnya untuk makan Untuk nongkrong, untuk ngumpul, ya akan sepi pengunjung,” kata Budi.

Ketiga, Budi menyebut ritel modern tutup karena tidak memenuhi kebutuhan hiburan untuk konsumen. Dengan begitu, Budi meminta agar pengusaha bisa mengikuti tren perubahan yang terjadi di masyarakat, terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

“Nah itu itu mungkin itu jadi gambaran kita Bahwa kita juga harus bisa mengikuti tren yang ada, Termasuk bagaimana itu serah budi kita Bagaimana kita bisa nantinya berjualan Ya terutama untuk UMKM,” kata Budi.

Sebagai informasi, Presiden Direktut PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Anggara Hans Prawira melaporkan sebanyak 400 gerai Alfamart telah tutup sepanjang 2024. Sementara hingga kuartal I-2025 sebanyak 109 gerai juga terpaksa tutup, sehingga total terdapat 509 gerai Alfamart yang sudah tutup.

Selain itu, Jaringan ritel modern asal Korea Selatan, GS Supermarket, dikabarkan akan diambil alih oleh investor lokal usai mengumumkan penutupan gerainya di seluruh wilayah Indonesia pada 31 Mei 2025.

0 Komentar