Serangkaian peristiwa yang menimpa Hajar Aswad membuat kondisinya pecah menjadi beberapa bagian.
Kini, batu Hajar Aswad yang berwarna hitam kemerah-merahan, dibingkai dengan perak putih.
Bingkai perak putih itu menjaga Hajar Aswad tetap utuh karena telah pecah akibat beberapa peristiwa yang pernah dialaminya, serta memudahkan para jemaah yang beribadah untuk menciumnya.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Menurut sejumlah riwayat, Hajar Aswad mulanya berwarna putih seputih susu. Hajar Aswad mengalami perubahan dari putih menjadi hitam akibat dosa-dosa yang diperbuat keturunan Nabi Adam.
Hal itu sesuai hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan Ibnu Abbas, bahwa “Hajar Aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.”
Hajar Aswad merupakan batu yang sangat dimuliakan, bahkan Rasulullah mengajarkan untuk mencium dan mengusapnya.
Riwayat lain menyebut Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di muka bumi, di mana Allah menjabat tangan para hambanya.
Oleh karena itu, Hajar Aswad mempunyai makna penting bagi ibadah umrah dan haji. Batu ini dijadikan titik awal dan akhir pelaksanaan tawaf atau ritual mengelilingi Kakbah tujuh putar dengan arah melawan jarum jam, yang dilakukan oleh umat Islam di dunia ketika beribadah ke Masjidil Haram.
Kisah Hajar Aswad ini pun mendorong para ilmuwan mencari tahu jawaban sains terhadap misteri batu tersebut. Sudah sejak lama para ilmuwan membuat teori ihwal jenis batuan Hajar Aswad.
Ada yang menyebut batu tersebut sekelas dengan batu akik. Ada pula teori menyebut Hajar Aswad dikategorikan sebagai batu meteor.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Akan tetapi, para ahli berpendapat bahwa pengkategorian Hajar Aswad sebagai batu meteor atau meteorit dianggap paling dekat jika mengacu pada kisah Hajar Aswad itu sendiri yang berasal dari surga. Apalagi, fakta sejarah mengungkap terdapat jejak-jejak meteorit di dekat Ka’bah, tempat Hajar Aswad berada.
E. Thomsen dalam studi “New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka’ba” (1980) menceritakan, pada 1932 seorang peneliti bernama Philby di Al-Hadidah menemukan kawah tumbukan meteor yang kelak disebut Wabar. Setelah diukur, kawah tersebut berukuran lebih dari 100 meter. Ditemukan pula beberapa pecahan meteor di sekitar kawah dan gurun.