MENTERI Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, menyebutkan Koperasi Desa Merah Putih bertujuan stok dan harga pangan tetap stabil.
“Bagaimana untuk menjaga agar stok ini bisa terserap dengan harga yang wajar, jangan harganya jatuh. Di antaranya adalah dengan membentuk kooperasi di setiap desa, Kooperasi Merah Putih,” kata Tito di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (7/3/2025).
Menurut Tito, Indonesia kini memiliki stok suplai yang tinggi. Dia mengeklaim produksi beras akan mencapai puncak pada April 2025. Saat produksi mencapai puncak, harga beras akan murah.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Mantan Kapolri itu menilai, masyarakat merasa bahagia menghadapi murahnya harga beras. Tak cuma beras, komoditi lain juga bakal mengalami penurunan harga. Misalnya, telur, ayam, daging, serta jagung.
“Tapi [harga] tidak boleh turun terlalu dalam. Kalau terlalu dalam turunnya, inflasi, yang akan kesulitan adalah para produsen. Produsen para petani, nelayan, pabrik, itu yang akan kesulitan untuk menutup biaya produksi, mendapatkan keuntungan,” urai Tito.
Oleh karena itu, pemerintah pusat mendirikan Koperasi Desa Merah Putih untuk menyimpan kelebihan stok komoditas.
“Oleh karena itulah, kita harus mampu untuk menyimpan stok. Kita menjadi offtaker,” tutur Tito.
Di lokasi yang sama, Menteri Koperasi, Budi Arie, mengatakan ada enam bagian dalam Koperasi Desa Merah Putih, yakni gudang, tempat penyimpanan, kantor, apotek, klinik, serta unit simpan pinjam.
Di satu sisi, Budi ogah menyampaikan skema pembangunan Koperasi Desa Merah Putih. Ia hanya memperkirakan pembangunan satu koperasi akan menelan biaya Rp5 miliar.
“Sampai saat ini dihitung dan mungkin sekitar segitu [Rp 5 miliar],” kata Budi Arie.