Di buku itu diceritakan rentang waktu antara kelahiran Sukarno sampai beberapa tahun sebelum kejatuhan Sukarno dari kekuasaan.
Dalam buku itu diceritakan alasan Sukarno membuat buku biografi yang ditulis oleh Cindy Adams.
Diceritakan dalam buku itu, suatu hari Sukarno dan istrinya, Hartini menerima kunjungan Duta Besar Amerika di Indonesia,
Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat
Howard Jones yang datang bersama istrinya, Marylou di paviliun kecil Istana Bogor. Ia sudah tujuh tahun ditempatkan di Jakarta dan menjad ketua dari korps diplomatik.
Sukarno menyebut pertemuan hari itu tidak formal. Ia mengenakan baju sport tanpa alas kaki. Sang istri membuat nasi goreng yang disukai ole Howard dan istrinya.
Saat makan, Howard berkata,” Tuan Presiden, aku kira sudah waktunya Anda melihat kembali perjalanan sejarah. Menurutku sudah waktunya Anda menuliskan sejarah kehidupan Anda.”
Sukarno pun menjawab. “Tidak. Insya Allah aku masih hidup 10 atau 20 tahun lagi. Bagaimana aku bisa mnegetahui apa yang akan terjadi terhadap diriku? Siapa yang dapat menceritakan bagaiamna kehidupanku di masa depan? Itulah sebabnya aku selalu mneolak hal ini, karena aku yakin bahwa buruk-baiknya kehidupan seseorang hanya dapat dinilai setelah dia mati.”
Perbincangan tentang pembuatan otobiografi itu tak berhenti di meja makan.
Sukarno mengaku selama beberapa tahun banyak orang yang mendesaknya untuk menulis memoir dan petugas pers Istana Presiden, Nyonya Siel Rohmulyati senantiasa menjadi perantara.
Presiden mengaku pernah membentak perempuan yang akrab dipanggil Roh di tahun 1960. Saat itu Kruschchev berkunjung ke Indonesia dan ada seratus orang wartawan asing berkerumun di bawah tangga.
Di saat itu Roh berkata,”Maaf Bapak jangan marah, karena kami sendiri puntidak tahu sejarah hidp Bapak dan Bapak sedikit sekali memberikan wawancara. Karena itu dapatkan Bapak mententramkan hati saya barang sedikit dan menerima seorang wartawan CBS yang ramah sekali dan ingin menulis riwayat hidup Bapak?”
Baca Juga:Pernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju WashingtonPendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?
Aku berpaling padanya dan berteriak, “Berapa kali aku harus mengatakan padamu T-I-D-A-K!! Pertama, aku tidak mengenalnya, dan lagi kalau pada suatu hari aku menulis riwayat hidupku, aku akan melakukannya dengan seorang perempuan. Sekarang pergilah jauh-jauh!