Pengacara Butina, Robert Driscoll, menyanggah semua tuduhan tersebut. Ia menganggap tuduhan pemerintah AS kelewat berlebihan dan menegaskan bahwa Butina bukanlah bagian “dari proksi yang berkembang secara serius akhir-akhir ini.” Senada dengan Driscoll, Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, menyebutkan bahwa tuduhan terhadap Butina adalah “skenario untuk merusak hasil pertemuan antara Trump-Putin” yang diselenggarakan pada akhir Juli 2018.
Hakim Pengadilan Distrik Federal Deborah Robinson, catat The New York Times, menolak memberikan jaminan untuk Butina. Kendati tidak dituduh melakukan spionase, Butina tetap didakwa sebab menjalin kontak dengan operasi intelijen Rusia. Robinson menyatakan, apabila terbukti bersalah, Butina bisa dipenjara selama 15 tahun.
Jika ditarik benang merahnya, titik mula polemik ini berasal dari pro-kontra penggunaan senjata api di Rusia. Konstitusi Rusia, tidak seperti AS, begitu keras dan ketat membatasi warganya memegang senjata api. Senjata api yang boleh dimiliki adalah senapan laras panjang, pistol gas, dan setrum. Syaratnya, setiap individu harus punya lisensi kepemilikan.
Baca Juga:Imaji XinjiangCuaca Ekstrem, BMKG Imbau Warga Jawa Barat
Pejabat teras Rusia menilai, senjata api memang tak seharusnya dilegalkan bebas. Putin, misalnya, mengatakan pada 2011 bahwa memperbolehkan penggunaan senjata api dengan bebas sama saja “mendatangkan bahaya besar”.
Bagaimanapun, penolakan terhadap kebijakan pemerintah tetap bermunculan. Salah satunya dari Right to Bear Arms, organisasi pro-senjata api bikinan Butina pada 2010. Organisasi ini berpandangan, pemerintah seharusnya melonggarkan aturan senjata api. Pasalnya, senjata api, menurut Right to Bear Arms, “penting bagi keselamatan pribadi.”
Sejak saat itu, Butina dan kelompoknya mulai rutin menempuh kerja-kerja untuk mendorong pemerintah mengakhiri larangan penggunaan senjata api. Dari mengadakan demonstrasi massa, melobi parlemen, sampai menjangkau pelbagai kekuatan politik.
Seiring waktu, eksistensi Right to Bear Arms menarik perhatian pembuat kebijakan. Salah satu yang punya fokus ke isu mereka ialah Aleksandr Torshin, senator dan mantan wakil gubernur Bank Sentral Rusia. Pada 2012 lalu, Torshin mengumumkan rencana untuk memperkenalkan undang-undang yang bakal memperluas akses penggunaan senjata api, sesuai dengan visi Butina dan Rights to Bear Arms.