BELAJAR menghafal Alquran butuh usaha keras. Apalagi belajar menjadi penghafal Alquran di negara konflik. Hafizah asal Palestina bernama Lama Rami Abdel Mahsei Abuishah menceritakan kisahnya sampai menjadi penghafal Alquran.
Lama merupakan peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional ke-4 di cabang lomba tahfiz. Delegasi asal Yerusalem, Palestina itu mengungkapkan pengalaman berharga serta tantangan dalam perjalanan spiritualnya menghafal Alquran.
Sejak tiba di Jakarta, Lama merasa takjub dengan keramahan panitia dan masyarakat Indonesia. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia serta seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara ini.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
“Segala kebutuhan kami diatur dengan sangat baik, mulai dari akomodasi hingga jadwal kegiatan. Dukungan ini sangat berarti bagi kami,” ujar Lama Rami dalam keterangannya di Jakarta pada Jumat (31/1).
Lama menuturkan bahwa dukungan keluarga serta komunitas Muslim di Palestina menjadi kunci keberhasilannya dalam menghafal Alquran. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, solidaritas ini memastikan generasi muda Palestina tetap terhubung dengan nilai-nilai spiritual.
“Tanpa mereka, saya tak mungkin berdiri di sini,” kata dia.
Dia menceritakan mulai menghafal Alquran sejak kecil di Zeid bin Tabak Center. Sebuah lembaga pendidikan yang berlokasi di pelataran Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Pusat pendidikan ini memiliki program khusus yang membantu menjaga hafalan santri. Termasuk ujian berkala yang mengantarkannya hingga ke kompetisi bergengsi ini.
“Keluarga dan guru-guru saya adalah pilar utama yang memotivasi saya, selain tentunya keikhlasan karena Allah,” tambahnya.
Selain menghadapi tantangan dalam menghafal, Lama dan para hafiz di Palestina juga harus berjuang menghadapi kondisi perang yang tidak menentu. Ia menegaskan bahwa Alquran menjadi penopang moral di tengah konflik berkepanjangan.
“Terkadang pendudukan membuat kami tidak dapat memasuki Masjid Al-Aqsa. Meski demikian, Al-Qur’an tetap menjadi sumber harapan dan kekuatan bagi kami,” tegasnya.
Bagi Lama Rami, kompetisi ini adalah momen bersejarah dalam hidupnya. Ia merasa terharu bisa mewakili Palestina di ajang yang mempertemukan peserta dari berbagai negara.
Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis
“Ini salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Saya bangga membawa identitas bangsa kami di sini,” ujarnya.