PULAU St. Martin yang kaya terumbu karang di Bangladesh menghadapi krisis pangan selama empat hari terakhir karena komunikasi terhenti akibat penembakan berkala dari seberang perbatasan dengan Myanmar, kata para pejabat.
Pulau kecil seluas sekitar 8 kilometer persegi itu terletak di bagian timur laut Teluk Benggala dengan keindahan alam yang menjadikannya salah satu tujuan wisata unggulan di Bangladesh.
Dalam empat hari terakhir, sekitar tiga perahu mendapat serangan di wilayah Naikkhyongdia di lintas batas Sungai Naf, satu-satunya sungai yang mengalir antara Bangladesh dan Myanmar melalui rute Teknaf-St Martin di sebelah tenggara dari distrik Cox’s Bazar di Bangladesh. Serangan itu membuat pemilik perahu menghentikan layanannya.
Baca Juga:Survey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan KetigaPersidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu Lama
Ketua Dewan Persatuan St Martin Mujibur Rahman mengatakan kepada Anadolu bahwa orang tak dikenal dari perbatasan Myanmar menembaki perahu yang membawa makanan dan penumpang di sepanjang muara lintas batas Sungai Naf dan Teluk Benggala.
Nelayan setempat juga tidak dapat menangkap ikan di Sungai Naf karena takut akan tembakan, kata Mujibur Rahman.
“Komoditas sehari-hari juga tidak dapat diangkut ke pulau yang berpenduduk sekitar 11.000 jiwa itu. Wisatawan juga terjebak dan menghadapi krisis pangan dan akomodasi,” ungkapnya.
“Kami telah menginformasikan otoritas kota dan distrik. Mereka sedang mencari rute alternatif. Namun, kami tidak mengetahui jalur perairan alternatif mana yang tersedia untuk menghubungkan pulau ke daratan,” tambahnya.
“Kami berupaya memastikan keselamatan masyarakat kami dengan berkonsultasi dengan semua lembaga pemerintah terkait dan mencari rute alternatif ke pulau itu,” lanjutnya,
Konflik meningkat antara pasukan junta dan Tentara Arakan serta kelompok pemberontak lainnya di Myanmar yang juga mempengaruhi negara tetangga Bangladesh.
Direktur Jenderal sayap Myanmar di Kementerian Luar Negeri Bangladesh Mia Md Mainul Kabir mengatakan kepada Anadolu bahwa mereka terus melakukan komunikasi rutin dengan Myanmar mengenai penembakan dari seberang perbatasan. (*)