Sederet Selebriti Jepang yang Diduga Bunuh Diri di Tengah Pandemi COVID-19

Yuko Takeuchi (40)/Foto Aramajapan
Yuko Takeuchi (40)/Foto Aramajapan
0 Komentar

Meski ratingnya naik tingkat, namun pelecehan terhadap Kimura tidak kunjung selesai. Sampai akhirnya Hana Kimura merasakan stres dan memilih mengakhiri hidup di tengah kepopulerannya. Ia sempat mengucapkan selamat tinggal melalui media sosialnya sebelum ditemukan tidak bernyawa di kediamannya.

Belakangan, baru diketahui bahwa tim produksi Terrace House meminta Kobayashi untuk mencuci kostum gulat Kimura dengan sengaja supaya menambah kesan drama dalam acara tersebut.

Menjadi seorang figur publik di Jepang nyatanya tidak mudah. Berbagai faktor membelakangi sulitnya menjadi aktor dan aktris dalam keadaan baik.

Baca Juga:Innalilahi wainnailahi rojiun, Legenda Sepak Bola Indonesia Ricky Yacobi Meninggal DuniaMadura Ingin ‘Cerai’ dari Jawa Timur, Mahfud MD: Saya Kira Tidak Terlalu Sulit

Pelecehan, kesehatan mental, serta komentar masyarakat adalah masalah yang selalu dihadapi oleh seorang figur publik di Jepang. Mereka dinilai harus menunjukan image yang positif dan baik, sehingga ketika satu waktu mereka tidak terlihat seperti itu, mereka dianggap sebagai bintang yang tidak pantas dan masyarakat mencoba menjatuhkannya.

Kesehatan mental berupa rasa khawatir, stres, dan berpikiran secara berlebihan adalah hal yang paling erat dengan pandemi COVID-19. Tetapi stereotip dan rasa malu dalam membahas kesehatan mental di Jepang menjadi halangan bagi seseorang untuk mendapat perawatan.

“Kesehatan mental setiap orang sedang mengalami kesulitan, terutama di tengah situasi seperti ini. Mengingat industri ini dipenuhi dengan atensi media dan alasan lainnya, tidak perlu terkejut jika tahu banyak orang yang mengalami kesehatan mental,” kata Vickie Skorji – direktur TELL Lifeline, dikutip dari Variety

Miyuki Takamatsu, CEO Free Stone Productions yang mengerjakan bagian Public Relations berpendapat, manajemen artis harus terlibat. “Mereka tidak bisa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam kehidupan pribadi, politik dan hal lainnya. Dan manajemen artis adalah struktur paling dasar untuk artis mereka.”

Menurut Takamatsu, seorang artis harus memiliki koneksi dan orang yang bisa memperhatikan kondisi mereka. Ketika sang artis merasakan kesulitan, mereka juga menemukan orang yang bisa diajak untuk berdiskusi salah satunya pihak manajemen yang mengelola jadwal mereka.

Japan Actor’s Union juga diharapkan dapat membangun sebuah layanan kesehatan mental untuk melindungi para figur publik di Jepang dalam menjalani kehidupan di industri hiburan ini. Masyarakat juga perlu memahami bahwa seorang artis adalah manusia yang memiliki kesalahan seperti masyarakat pada umumnya sehingga mereka tidak perlu dicaci maki atau dihakimi. (*)

0 Komentar