Peristiwa Kudatuli Kisah Mantan Aktivis PRD

Peristiwa Kudatuli Kisah Mantan Aktivis PRD
Ketua Umum PRD Budiman Sudjatmiko (Paling kanan) saat ditahan di LP Cipinang Jakarta tahun 1996. Foto: Repro/Istimewa
0 Komentar

Bersama Andi Arief dan Nezar Patria, Faisol Reza terus melakukan konsolidasi bawah tanah. Mereka bertiga memimpin Komite Pimpinan Pusat (KPP). Budiman Sudjatmiko secara definitif memang tetap sebagai ketua umum.

Namun karena posisinya dipenjara dan tidak leluasa bergerak, Budiman kemudian melimpahkan mandat memimpin organisasi PRD kepada KPP.

“Untuk menyembunyikan identitas Andi memakai nama Mirah Mahardika dan Nezar pakai nama Rizal Ampera,” tulis Miftahuddin dalam buku Radikalisasi Pemuda, PRD Melawan Tirani.

Baca Juga:Pangeran Charles Terima Uang Rp17,78 Miliar dari Keluarga Osama bin LadenVolodymyr Zelensky Serukan Evakuasi Warga Sipil di Donetsk

Faisol Reza kelahiran Madura 1 Januari 1973 dan memiliki latar belakang pondok pesantren. Saat memasuki masa kuliah ia mengambil kuliah di dua tempat sekaligus, yakni UGM dan IAIN Sunan Kalijaga.

Paska meletusnya Kudatuli, Faisol Reza termasuk aktivis yang masuk dalam daftar buruan rezim orde baru. Pada 12 Maret 1998 ia diculik, dan setelah mengalami penyekapan 20 hari, pada 28 April 1998 dibebaskan.

Pada tahun 2018, Faisol Reza memutuskan bergabung dengan PKB dan menjabat sebagai Wasekjen. Pada Pemilu Legislatif 2019, ia terpilih sebagai anggota DPR RI dari dapil Jawa Timur dan ditunjuk sebagai Ketua Komisi VI DPR RI (2019-2024).

Sebelumnya Faisol Reza juga pernah menjabat sebagai Staff Khusus Kementerian Pemuda dan Olahraga (2014-2017) dan Staff Khusus Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2009-2014).

Nezar Patria

Sekjen Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) ini juga menjadi korban penculikan. Paska peristiwa Kudatuli meletus, Nezar Patria termasuk aktivis yang masuk daftar hitam perburuan rezim orde baru.

Seperti nasib kawan-kawannya yang masih beruntung. Setelah mengalami penyekapan dan penyiksaan beberapa hari, Nezar akhirnya dibebaskan.

Berbeda dengan kawan-kawannya yang kemudian terjun ke dalam partai politik. Nezar Patria memilih menekuni dunia jurnalis hingga menjadi pimpinan sejumlah media massa.

Baca Juga:New York Umumkan Keadaan Darurat Kesehatan Virus Cacar MonyetPeneliti Keamanan Ungkap Belasan Aplikasi Android Ini Mengandung Malware Bertujuan Mencuri Uang dari Rekening Anda

Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo menetapkan Nezar Patria sebagai anggota Dewan Pers yang kedua, yakni periode 2016-2019. Sebelumnya pada periode 2013-2016 ia juga menjabat sebagai Dewan Pers.

Sejak tahun 2020 hingga sekarang, laki-laki kelahiran Aceh 5 Oktober 1970 dan pernah kuliah di Fakultas Filsafat UGM itu menjabat sebagai Direktur Kelembagaan Pos Indonesia. (*)

0 Komentar