Kisah Pangeran Rengganis Meracuni Wali Songo, Kini Docang Kuliner Khas Cirebon

Docang
Docang
0 Komentar

Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada abad ke 15, ketika Wali Songo tengah berkumpul di Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Pangeran Rengganis membuatkan makanan yang sudah ia berikan racun. Tak disangka, bukannya keracunan para wali justru menyukainya.

Sejak saat itu, docang dianggap makanan yang misterius. Namun sekitar abad ke 18 docang dikenalkan kembali oleh masyarakat setempat. Seiring waktu docang dimodifikasi dengan menambahkan rempah tradisional agar mendapatkan cita rasa yang khas.

Saat ini docang telah bervariasi dengan lontong yang diberi parutan kelapa, daun singkong, daun kucai, taoge dan kerupuk kemudian disiram kuah oncom. Sebelum disajikan, docang ditaburi remasan kerupuk ikan yang khas sebagai salah satu penyedap rasa.

Baca Juga:Survey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan KetigaPersidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu Lama

Nama docang merupakan singkatan yang diambil dari “godogan kacang” (dage) yang dihaluskan. Namun ada juga yang menyebutkan nama docang diambil dari bahan utama yakni “do” dari bodo atau baceman dage, dan “cang” dari kacang hijau yang sudah direbus menjadi taoge.

Penjual docang biasanya akan menjamur saat muludan, ramadan hingga lebaran. Namun saat ini, tak perlu menunggu  momen perayaan keagamaan jika ingin merasakan kelezatan docang, pasalnya pedagang docang ada yang mangkal di setiap sudut Cirebon.

Biasanya penjual docang berada di beberapa jalan besar, seperti di Jalan Kesambi Kota Cirebon, kawasan alun-alun Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan Cirebon, serta pusat perbelanjaan di sana.

Harga untuk satu porsi docang relatif murah. Satu mangkok docang pun siap disantap. Biasanya docang nikmat dimakan saat masih hangat, dan ditemani teh tawar hangat bersama sepiring kerupuk. (*)

0 Komentar