Debat Capres ke-3, CSIS: Saling Serang Secara Personal, Ganjar Punya Gagasan Reformasi ASEAN

Debat Capres ke-3, CSIS: Saling Serang Secara Personal, Ganjar Punya Gagasan Reformasi ASEAN
CSIS menanggapi sejumlah isu yang dibahas dalam Debat Capres, Minggu (7/1). Salah satu yang disinggung yaitu soal Isu kebijakan luar negeri Indonesia (Youtube/CSIS).
0 Komentar

Menurutnya, capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo yang punya gagasan segar untuk beberapa isu, termasuk Laut Tiongkok Selatan.

“Soal kebijakan luar negeri, kelihatannya pak Ganjar yang punya gagasan segar untuk beberapa isu, termasuk Laut Tiongkok Selatan,” kata Andrew.

“Gagasan yang harus digarisbawahi oleh teman-teman adalah ketika ditanya soal gagasan di Laut Tiongkok Selatan langsung simple. Bikin kesepakatan sementara. Untuk menjawab situasi yang semakin panas. Tembak-tembakan watercanon antara China dan Filipina. Itu idenya pak Ganjar.”

Baca Juga:Tiga Boeing 737-9 MAX Milik Lion Air Terdampak Insiden Alaska Airlines, Kemenhub: Dihentikan Pengoperasian SementaraKemenlu: KBRI London Sedang Klarifikasi Kematian Mayawati Bracken Korban Pembunuhan di Inggris

Andrew Mantong melanjutkan, ide yang juga disorot Ganjar Pranowo adalah reformasi ASEAN yang ini berkaitan dengan cara pengambilan keputusan yang harus dilakukan.

“Potensi permasalahan dari dua kebijakan ini adalah apakah pak Ganjar dengan partainya PDIP yang apabila akan berkuasa, mampu tidak melakukan hal ini.”

“Kalau kita ingin mengubah ASEAN, kita akan langsung berhadapan dengan norma non-intervensi yang kita bisa lihat ada kaitan ideologis antara non-intervensi, prinsip kedaulatan Indonesia dan selama ini, cara-cara diplomasi Indonesia yang dilakukan melalui ASEAN.”

“Apakah pak Ganjar dan perangkat partainya di dalam negeri siap melakukan itu menggugat sejauh ini capaian Indonesia di ASEAN dan seterusnya.”

Andrew Mantong mengatakan, kalau Ganjar melakukan oposisi, bisakah agenda ini tetap dikejar melalui DPR RI mempermasalahkan rativikasi UU yang merativikasi ASEAN Charter dengan catatan bahwa pengambilan keputusan di ASEAN harus berubah dan sebagainya.

”Panelis harus punya frame pertanyaan yang mengangkat isu paling sulit, jawabannya sulit, tetapi masalahnya sangat urgent, jadi kelihatan pembedanya,” katanya. (*)

0 Komentar