Buronan Koruptor Terlama di Indonesia Eddy Tansil dan Kisah Hermes di Museum Fatahillah

Buronan Koruptor Terlama di Indonesia Eddy Tansil dan Kisah Hermes di Museum Fatahillah
Patung Dewa Hermes di Museum Fatahillah Jakarta
0 Komentar

Di depan Harmoni, terdapat Kampung Jaga Monyet (kini Jl Suryopranoto). Di Jaga Monyet dahulu terdapat markas pasukan kavaleri Belanda. Pada pendudukan Jepang dijadikan markas pasukan PETA (Pembela Tanah Air).

Dari tempat inilah pasukan PETA dibawah pimpinan Sudanco Latief Hendraningrat, pada 17 Agustus 1945 berbaris menuju kediaman Bung Karno di Pegangsaan Timur (kini Jl Proklamasi) 56, yang jaraknya sekitar 7 km. Mereka akan mengamankan jalannya proklamasi kemerdekaan.

Di jembatan Harmoni, depan Jl Jaga Monyet, mengalirlah air dari sodetan Kali Ciliwung, terpancang patung kecil keemasan Dewa Hermes atau Yupiter. Hermes dalam mitologi Yunani adalah Dewa Pelindung Perniagaan. Tidak heran karena Harmoni dulunya kawasan pertokoan dan perniagaan elite kaum koloni sejak pertengahan abad ke-19.

Baca Juga:KPK Bawa 100 Dokumen Dasar Penetapan Tersangka Mardani Maming di Sidang PraperadilanTim Kuasa Hukum Mardani Maming Minta KPK Tunda Pemanggilan, Hormati Praperadilan

Nama-nama Belanda lainnya adalah Laan de Briejnkops (orang Betawi menyebut Gang Brengkok), kini Jl Tanah Abang IV, Laan Travelli (Jl Tanah Abang III) dan Gang Thomas (Jl Tanah Abang V). Gang Arderson (Jl Kartini I) Pasar Baru, Jakarta Pusat. Gang Zecha (Jl Pintu Air II), Gang Eduard (Asem Reges II), Laan Holle (Jl Sabang), dan Chaulanweg (kini Jl Kemakmuran).

Di dekat Chaulandweg, di Molenvliet Oost (kini Jl Gajah Mada), terdapat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengadilan ini dahulunya sebuah hotel. Di dekatnya terdapat Hotel des Indes, hotel paling megah sebelum dibangun Hotel Indonesia di Jl Thamrin. Kini menjadi pertokoan Duta Merlin. Willemlaan (kini Jl Perwira) bagian belakang Masjid Istiqlal, dulunya merupakan perumahan perwira Belanda.

Kampung Petojo berasal dari nama Dato Patujo, utusan Aru Palaka yang memberontak terhadap Kerajaan Bone di Sulawesi. Tempat kediamannya ini menjadi Petojo. Di antara jalan yang mengacu pada keturunan Arab, yang masih bertahan hingga kini Jl Alaydrus, samping kiri Jl Gajah Mada. Sedangkan Jl Baluel di Kampung Melayu, Laan Bafadal di Matraman, Alataslaan di Cikini, Alhadadlaan di Jatinegara, kini sudah berganti nama.

Di Jakarta Kota masih dijumpai beberapa nama berasal dari Tionghoa. Seperti Jelakang, yang berasal dari kata Jie Lek Keng (tempat nomor 26). Di Jelakang ada perkumpulan silat terkenal Patekoan (delapan pendekar). Tatkala pecah huru-hara dan pembantaian warga Tionghoa (1740), Patekoan terlibat.

0 Komentar