Berawal Michat Engga Komit Dibunuh, Pengamat: Pengguna Jasa Anggap PSK Sebagai Komoditas, BO Minim Dilindungi

Pengamat Sosial dan Politik Heru Subagia
Pengamat Sosial dan Politik Heru Subagia
0 Komentar

POLISI mengungkap fakta baru temuan mayat perempuan di dalam lemari pada salah satu tempat indekos di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (9/5/2024). Polisi menyebut ada luka pada jasad dan ada barang berharga milik korban yang hilang.

Korban berinisial A (21) itu pertama kali ditemukan oleh rekannya di dalam lemari pada salah satu kamar nomor C-14  indekos di RT 002 RW 002 Blok Pulomas, Desa Kedawung, Kamis sekitar pukul 14.30. Lokasi itu hanya berada sekitar 180 meter dari Kantor Kepolisian Sektor Kedawung.

Jajaran Satreskrim Polres Cirebon Kota yang di pimpin Katimsus Iptu Shindi Al-Afghany behasil menangkap pelaku pembunuhan mayat dalam lemari di Kedawung Kabupaten Cirebon, dalam kurun waktu kurang dari 4 jam.

Baca Juga:Direktur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur HukumBenda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?

Dari informasi yang dihimpun, pertemuan pelaku Casnadi (30) dan korban AN (21), berawal dari aplikasi michat. Saat itu, Casnadi janjian kencan di kosan korban dengan perjanjian bayar diakhir sebesar Rp600rb.

Perjanjian tersebut diiyakan oleh korban. Kemudian, Casnadi datang ke kosan korban pada Kamis (9/5) pukul 15.30 WIB. Sesampainya, di kosan, korban meminta bayaran Rp600 ribu, sebelum melayani pelaku.

Mendengar permintaan korban, pelaku menolak lantaran tidak sesuai dengan perjanjian diawal. Pelaku tetap ingin dilayani terlebih dahulu baru membayar, sehingga terjadi cekcok.

Pelaku yang kesal karena korban tidak komitmen, memaksa membuka baju korban. Korban pun melakukan perlawanan, lalu pelaku mencekik leher dan memukul bagian wajah korban berkali-kali. Hingga korban tidak sadarkan diri.

Pengamat Sosial dan Politik Heru Subagia mengungkapkan PSK online rentan diperlakukan sadistis oleh pelanggannya. Menurutnya, pengguna jasa kerap menganggap PSK hanya sebagai komoditas yang dapat diperlakukan seenaknya karena membayar.

“Dampak komodifikasi tubuh perempuan inilah yang menyebabkan pria konsumennya melakukan apapun hingga fatalistik seperti membunuh. Karena tidak memanusiakan perempuan seperti dirinya. Tetapi seperti objek dagang yang hanya digunakan sebagai alat pemuas hasrat seksualnya,” tutur Heru, Jumat (10/5).

Heru tak memungkiri PSK online juga bisa saja bertindak curang. Mereka meminta tarif lebih mahal dari perjanjian yang sudah disepakati oleh pelanggan. Padahal, tarif layanan PSK online rata-rata lebih mahal ketimbang yang di lokalisasi.

0 Komentar