Akankah Kode Lincoln, Mao Ze Dong, dan Hideyoshi Prabowo ke Jokowi Terkabulkan?

Akankah Kode Lincoln, Mao Ze Dong, dan Hideyoshi Prabowo ke Jokowi Terkabulkan?
Ekspresi Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu, 13 Juni 2019. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
0 Komentar

Singkat cerita, setelah berkonsultasi dengan penasihat politiknya, Seward menerima tawaran itu dan membantu Lincoln memilih anggota kabinet yang lain.

”Kedua tokoh itu memang saling membenci. Tapi, ada satu hal yang tak terbantahkan, mereka sama-sama mencintai Amerika Serikat,” ujar Sandiaga.

Kisah lain

Kode-kode dari Prabowo terkait sikap politiknya dan Gerindra pada periode kedua pemerintahan Jokowi, 2019-2024, tidak hanya disampaikan lewat kisah Lincoln dan Seward.

Baca Juga:Gowes Dari Tengah Taiwan ke Puncak Wuling (3.275 Meter)Sore Ini, Prabowo Subianto Merapat ke Istana

Masih dari Rapimnas Gerindra, Prabowo juga mengisahkan pertikaian antara Panglima Perang Jepang Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu, dan pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong dengan rivalnya, Deng Xiaoping. Dari kedua kisah itu tersirat pesan yang serupa dengan kisah Lincoln dan Seward.

Hideyoshi dan Tokugawa, misalnya. Sehari sebelum pertempuran yang terjadi di abad ke-16, kedua panglima perang di Jepang itu bersepakat untuk tidak berperang dan menyelesaikan perselisihan dengan jalur perundingan.

“Mereka akan berperang besok. Sehari sebelumnya, Hideyoshi mengirim utusan kepada Tokugawa untuk bertemu empat mata,” ujar Sandiaga.

“Hideyoshi lantas mengatakan ada 70.000 pasukan di kedua kubu, mereka anak muda kuat dan bisa mengukir masa keemasan Jepang. Mungkin sekali Tokugawa menang atau sebaliknya, Hideyoshi. Namun akan banyak sekali anak muda Jepang yang meninggal dan terluka. Oleh karena itu, karena keduanya cinta pada Jepang dan menghindari perpecahan, maka perselisihan diselesaikan dengan jalur perundingan,” tambahnya.

Senada, Mao Ze Dong dan Deng Xiao Ping, dua tokoh pemimpin China yang sebenarnya tidak saling menyukai, tetapi mereka memilih melihat ke depan untuk mewujudkan Republik Rakyat China yang lebih kuat. Saat Mao terpilih, ia menunjuk Deng Xiao Ping sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China.

Menurut Sandiaga, setelah menyimak ketiga kisah itu, perbedaan pandangan yang ada di antara para kader Gerindra pun terkikis. Mereka lantas menyerahkan mandat kepada Prabowo untuk mengambil sikap politik Gerindra. Mereka siap menerima apa pun keputusan Prabowo.

Sebelumnya, Sandiaga mengakui ada dua aliran pemikiran di antara para kader. Ada yang menghendaki partai tetap menjadi oposisi dan ada yang ingin Gerindra bergabung ke dalam koalisi pemerintahan Presiden Jokowi.

0 Komentar