Siapa Tamu Gelap di Balik Gelombang Demo Nyaris Sepekan?

Rumah anggota DPR RI sampai Menteri Keuangan Sri Mulyani tak luput dari aksi penjarahan oleh masyarakat.
Rumah anggota DPR RI sampai Menteri Keuangan Sri Mulyani tak luput dari aksi penjarahan oleh masyarakat.
0 Komentar

Tilly menekankan, free riders itu mirip orang yang naik bus gratisan. Mereka tak bayar tiket, tapi bikin penuh kursi, bahkan kadang bikin ribut, sehingga tujuan perjalanan jadi kacau. Begitu pula dalam demo: ada yang menunggangi momentum, bukan menambah kekuatan, melainkan menodai pesan utama.

Sidney Tarrow dalam Power in Movement: Social Movements and Contentious Politics menambahkan, gerakan sosial tanpa kontrol jelas ibarat kapal layar tanpa nakhoda. Elemen liar bisa masuk, memicu konflik internal maupun eksternal, lalu solidaritas massa hancur berkeping-keping.

Saya membayangkan betapa sulitnya mengendalikan ribuan kepala dengan emosi beragam. “Jika organisasi lemah, tamu gelap tinggal masuk, bawa bendera sendiri, lalu bikin panggung tambahan.” Saya teringat pada Umbrella Movement di Hong Kong tahun 2014. Selama 79 hari, para demonstran menuntut demokrasi langsung dengan disiplin yang mengagumkan.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

“Lihat mereka, payung kuning jadi simbol ketenangan, bukan batu lemparan.” Mereka menjaga kebersihan jalan, berbagi makanan, bahkan membuat perpustakaan kecil di tengah jalan.

Minim sekali kerusuhan, meski tekanan aparat begitu keras. Strategi komunikasi mereka solid, tujuan jelas, dan kepemimpinan kolektif terjaga. Hasilnya, gerakan itu dikenang bukan sebagai kerusuhan, tapi sebagai simbol damai yang elegan.

Bagi Saya, perbandingan ini jelas. Indonesia seringkali gagal menjaga fokus aksi, sehingga mudah disusupi. Sementara di Hong Kong, kedisiplinan menjadi tameng dari tamu gelap.

“Kalau saja demo di Senayan punya kesolidan macam itu, kemungkinan tuntutan rakyat tak akan terkubur oleh asap motor terbakar.”

Tapi siapa yang sungguh-sungguh diuntungkan dari kericuhan nyaris hampir sepekan ini? Apakah tamu gelap ini hanya sekadar teori, atau ada aktor politik nyata di baliknya?

Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, di X menyebut adanya kemungkinan penunggang gelap yang terkait dengan kelompok politik tertentu.

“Katanya ada Geng Solo, ada oligarki yang mau jatuhkan Prabowo,” saya mengulang isi berita. saya geleng-geleng kepala, heran bagaimana demo rakyat bisa dipelintir jadi arena perang elite.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

Bila dilihat dari teori anarki, saya teringat Robert Nozick dalam Anarchy, State and Utopia. Nozick menulis, ruang publik tanpa aturan jelas bisa berubah jadi panggung liar, tempat semua kepentingan masuk tanpa filter.

0 Komentar