NAMA Kwik Kian Gie tak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan ekonomi dan politik Indonesia. Mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri ini dikenal sebagai sosok vokal dan kritis terhadap kebijakan ekonomi nasional.
Dilahirkan di Juwana, Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1935, Kwik menempuh studi ekonomi di Universitas Indonesia dan Erasmus Universiteit Rotterdam, Belanda. Sekembalinya ke Indonesia, ia tidak hanya menulis dan berbisnis, tetapi juga aktif di dunia pendidikan.
Kwik adalah pendiri beberapa institusi pendidikan seperti SMA Erlangga Surabaya, Institut Manajemen Prasetiya Mulya (1982), dan Institut Bisnis Indonesia yang kini dikenal sebagai Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Karier pemerintahannya membentang dari anggota DPR, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (2001-2004), hingga Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Oktober 1999-Agustus 2000).
Kwik juga dikenal luas sebagai politikus PDI-Perjuangan. Pada 1987, dia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia. Kwik kemudian mewakili PDI sebagai anggota Badan Pekerja MPR.
Dia dipercaya menduduki jabatan Ketua DPP merangkap Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan saat Megawati Soekarnoputri menjadi Ketua Umum PDI yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan.
Latar belakangnya sebagai warga keturunan Tionghoa membuat karier politik dan pemerintahannya menjadi tidak biasa.
Dalam acara Haul Ke-9 Gus Dur di samping makam Gus Dur pada 2018, Kwik menceritakan kegateannya saat ditunjuk sebagai Menko Ekuin di era Presiden Aburrahman Wahid (Gus Dur).
“Bayangkan saja, saya ini keturunan Tionghoa yang tidak ganti nama dan istri orang Belanda, diangkat menjadi Menko Ekuin,” kata Kwik Kian Gie, dikutip dari Nu Online.
Menjadi Panglima Pembenahan Ekonomi Usai Badai
Kwik Kian Gie ditunjuk sebagai Menko Ekuin pada 29 Oktober 1999. Pada periode tersebut, ekonomi Indonesia masih tertatih-tatih setelah dihajar Krisis Moneter 1998/1999.
Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda
Ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 13,3% pada 1998. Tim ekonomi Gus Dur termasuk Kwik kemudian melakukan sejumlah perbaikan dan membawa ekonomi kembali tumbuh 0,79% pada 1999 dan 4,92% pada 2000.
Kwik juga memimpin ekonomi Indonesia di tengah ambruknya nilai tukar rupiah, beban utang luar negeri besar, termasuk utang BUMN dan swasta, sistem perbankan masih rapuh, banyak bank dilikuidasi atau direkapitalisasi, hingga kemiskinan serta pengangguran yang melonjak akibat krisis.