Saat itu Trump mengatakan, “Arab Saudi akan sangat membantu, dan mereka sangat membantu. Mereka menginginkan perdamaian di Timur Tengah.”
Saudi sebelumnya pernah bernegosiasi dengan pemerintahan Joe Biden untuk mengakui Israel dengan imbalan pakta keamanan dan energi. Namun pembicaraan terhenti karena serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan serangan balasan Israel.
Kesepakatan dengan Saudi akan memperluas Perjanjian Abraham 2020 yang ditengahi Trump yang menormalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Madawi al-Rasheed, dosen tamu di Pusat Kajian Timur Tengah London School of Economics, mengatakan, Riyadh akan lebih berhati-hati, setidaknya untuk saat ini.
“Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, saat ini, tidak melihat adanya manfaat langsung apa pun baginya untuk meneruskan rencana Presiden Trump, yang tentu saja keterlaluan, dan seluruh dunia tampaknya menentangnya,” katanya.
Mereka yang menentang termasuk musuh-musuh Amerika seperti China dan Rusia, serta sekutu-sekutunya, seperti Jerman, Prancis, dan Inggris. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, contohnya, mengatakan, “Warga Palestina harus diizinkan pulang. Mereka harus diizinkan untuk membangun kembali, dan kita harus bersama mereka dalam membangun kembali menuju solusi dua negara.”
Gedung Putih kini mengatakan rencana Trump hanya akan merelokasi sementara warga Palestina. “Gaza bukan tempat yang layak huni bagi manusia mana pun. Dan menurut saya, adalah tindakan yang sangat jahat untuk menyarankan agar orang-orang harus hidup dalam kondisi yang mengerikan seperti itu,” kata Leavitt.
Leavitt mengatakan Trump akan berbicara dengan para pemimpin kawasan itu dalam beberapa hari mendatang.
Sementara itu, para demonstran berkumpul di kota-kota di AS untuk memprotes tindakan-tindakan awal Trump, termasuk terhadap Gaza.