Rencana Ambil Alih Gaza, Pernyataan Kontroversial Trump Diralat Gedung Putih

Presiden AS Donald Trump (kanan) menerima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Ruang Oval Gedung Putih
Presiden AS Donald Trump (kanan) menerima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, DC, Selasa 4 Februari 2025.
0 Komentar

GEDUNG Putih, Rabu (5/2), mengatakan Presiden Donald Trump belum berkomitmen untuk menggunakan pasukan Amerika dalam rencananya untuk membangun kembali Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah” dan bahwa relokasi warga Palestina hanya bersifat sementara.

Lebih dari lima ratus ribu warga Palestina, atau hampir seperempat jumlah penduduk Palestina, telah menyeberang ke Gaza utara. Mereka menentang pengumuman Presiden Donald Trump pada hari Selasa bahwa AS akan mengambil alih wilayah Palestina.

Samiha Zaher, seorang warga Palestina mengatakan, “Trump boleh bermimpi jika dia pikir dia bisa menggusur atau mengusir kita.”

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Pada hari Selasa, Trump ditanya apakah dia akan mengirim pasukan Amerika untuk merebut Gaza. Trump menjawab, “Sejauh menyangkut Gaza, kami akan melakukan apa yang diperlukan. Jika perlu, kami akan melakukannya. Kami akan mengambil alih Gaza.”

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengklarifikasi pernyataan Trump pada hari Rabu. “Itu tidak berarti akan ada pasukan Amerika Serikat di Gaza. Hal ini tidak berarti pembayar pajak Amerika akan mendanai upaya ini. Ini berarti Donald Trump, yang merupakan pembuat kesepakatan terbaik di dunia, akan mencapai kesepakatan dengan mitra-mitra kita di kawasan tersebut,” ujarnya.

Namun mitra-mitra di kawasan ini mengecam gagasan tersebut, termasuk Yordania dan Mesir, dua negara tetangga yang didorong oleh Trump untuk menerima warga Palestina.

Raja Yordania Abdullah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Amman pada hari Rabu, hari yang sama ketika para pejabat tinggi Palestina bertemu dengan menteri luar negeri Mesir di Kairo. Mereka menekankan perlunya solusi dua negara.

Begitu pula dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. “Sangat penting untuk tetap setia pada landasan hukum internasional. Penting untuk menghindari segala bentuk pembersihan etnis,” katanya.

Arab Saudi, pemimpin geopolitik dan budaya dunia Arab, mengatakan di TV pemerintah, Al Ekhbariya, dukungan mereka terhadap negara Palestina adalah, “tegas, teguh dan tak tergoyahkan.” Pernyataan tersebut bertentangan dengan klaim Trump pada hari Selasa bahwa Saudi tidak menuntut tanah air Palestina.

0 Komentar