Sistem pemodelan baru oleh Menviel dan koleganya, Gabriel Pontes, dari Universitas yang sama, menunjukkan kalau AMOC telah melambat dengan kecepatan 0,46 sverdrup setiap dekade sejak 1950 (1 sverdrup setara dengan 1 juta meter kubik air per detik). Apabila pemanasan global melampaui dua derajat Celsius (sesuai proyeksi saat ini), AMOC bisa melemah hingga 33 persen pada 2040.
Ahli oseanografi dari Potsdam Institute for Climate Impact Research, Stefan Rahmstorf, menilai hasil studi itu telah memberi konfirmasi atas apa yang banyak dicurigai tetapi belum ditunjukkan secara eksplisit sebelumnya. “Hasilnya menunjukkan bahwa kita harus bersiap menghadapi penurunan AMOC yang lebih cepat daripada yang diprediksi IPCC,” kata dia merujuk kepada panel para ahli di dunia tentang perubahan iklim.
IPCC sebelumnya memperkirakan kemungkinan AMOC untuk mencapai titik kritis pada abad ini kurang dari 10 persen. Begitu juga dengan banyak model iklim lainnya, memprediksi AMOC melemah secara bertahap, sebelum 2100.
Baca Juga:Song Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar SuratPernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju Washington
Terlepas dari berbagai prediksi tersebut, penelitian sejarah iklim Bumi mengindikasikan AMOC pernah berhenti. Semua studi juga sepakat, perubahan iklim dapat membuatnya terulang: menyebabkan AMOC melambat, yang dalam skenario terburuk, arus ini dapat runtuh sepenuhnya.
Jika AMOC berhenti total, dampaknya akan sangat besar. Suhu di Eropa disebutkan akan turun drastis, badai akan semakin sering terjadi di sekitar ekuator. (*)