KETUA parlemen Rusia pada Sabtu, 18 Mei 2024, mengecam Uni Eropa (UE) karena telah melarang distribusi empat media asal Rusia. Hal itu menunjukkan bagaimana negara-negara Barat menolak menerima sudut pandang alternatif dan menghancurkan kebebasan berpendapat.
UE mengumumkan pada Jumat, 17 Mei 2024, kalau organisasi itu menangguhkan distribusi Voice of Europe, kantor berita RIA Novosti dan surat kabar Izvestia serta Rossiyskaya Gazeta dengan alasan diduga berperan dalam “memajukan dan mendukung perang agresi Rusia terhadap Ukraina”. Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Moskow mengatakan tindakan UE itu akan menimbulkan tanggapan keras terhadap media Barat di Moskow, namun belum mengumumkan organisasi media mana yang akan terkena dampaknya.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
“Kepemimpinan UE hanya bisa berbicara tentang kebebasan berpendapat, namun kenyataannya mereka tidak menoleransi hal tersebut,” kata Vyacheslav Volodin, Ketua Duma Negara, majelis rendah dari Majelis Federal Rusia.
Volodin merupakan sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin dan anggota Dewan Keamanan Rusia.
“Mereka memblokir sudut pandang alternatif apa pun, menghancurkan kebebasan berbicara, melanggar hak atas kebebasan menyebarkan dan menerima informasi,” katanya, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Para pemimpin negara-negara Barat menggambarkan Rusia sebagai negara autokrasi yang merupakan ancaman negara terbesar terhadap tatanan global. Mereka juga menuduh Rusia berusaha melemahkan demokrasi Barat dan mengatakan invasi Putin ke Ukraina menunjukkan bahwa Moskow mungkin akan menyerang anggota-anggota NATO.
Sedangkan, Rusia mengatakan Barat terlibat dalam perang hibrida melawannya, yang mencakup perang propaganda canggih yang bertujuan menghancurkan reputasi Rusia.
Moskow mengatakan organisasi-organisasi media di negara-negara Barat sangat terlibat dalam pertempuran di pihak Barat, dan telah berulang kali menerbitkan informasi palsu atau menyesatkan tentang Rusia. Pernyataan tersebut dibantah oleh media-media besar di Barat.
Beberapa jurnalis Rusia telah meninggalkan tanah air mereka sejak dimulainya perang terhadap Ukraina, dan organisasi-organisasi media independen utama telah tutup.
Baca Juga:Benda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RAT
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pekan lalu memperingatkan jika UE tetap menerapkan larangan tersebut, maka pemerintah Rusia akan merespons dengan “sangat cepat dan sangat menyakitkan” bagi negara-negara Barat. Persatuan Jurnalis Rusia (RUJ) menyebut larangan UE “melanggar hukum” dan masalah tersebut seharusnya diputuskan pengadilan. (*)