Karena pada akhirnya, ”Kekuatan terbesar dari proses perubahan itu adalah memanfaatkan keahlian hidup yang dimiliki yang bersumber dari kebudayaan sendiri,” imbuh Heru.
Antropolog Australia Michael Taussig dalam The Devil and Commodity Fetishism in South America (1970) melakukan penelitian panjang tentang hal ini ketika mengunjungi Amerika Selatan, tepatnya di Kolumbia dan Bolivia. Taussig melihat fenomena pesugihan (Taussig menyebutnya sebagai persekutuan dengan setan) di dua wilayah tersebut.
Di perkebunan Kolumbia, Taussig mendengar mitos kalau para petani melakukan hal gaib untuk meningkatkan hasil panen. Yakni dengan melakukan pesugihan dan menjadi budak setan. Keduanya punya kontrak khusus.
Baca Juga:7 Tahun Lalu, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan Makzulkan Presiden Korsel Park Geun-hye6 Perusahaan Rapor Merah Segera Dipanggil, Erick Thohir: BCOMSS 2024 Pendorong Keterbukaan Informasi Perusahaan BUMN Semakin Transparan
Apabila petani mendapat untung maka harus dialihkan untuk kegiatan konsumerisme seperti belanja barang-barang mewah. Jika dilanggar, maka mereka akan meninggal tiba-tiba.
Taussig tentu tidak percaya atas hal ini, tetapi sebagai antropolog dia harus menemukan jawabannya. Singkat cerita, dia berhasil membongkar misteri pesugihan dengan memberikan perspektif berbeda.
Perlu diketahui, mayoritas para ahli mengungkap fenomena seperti ini didasarkan oleh kecemburuan. Singkatnya, para petani yang miskin sebetulnya iri terhadap orang yang dapat harta mendadak. Jadi, mereka menuduh para orang kaya baru bersekutu dengan setan. Dan ini sebetulnya logis.
Dalam tulisan berbeda berjudul “The Ghost in the Machine” (2018) di Jacobin, Taussig memaparkan mitos itu muncul sebagai upaya kritik para pekerja atas suburnya kapitalisme. Bagi mereka, kapitalisme membuat orang tercerai-berai dari tanah leluhur karena berhasil memusnahkan praktik ekonomi tradisional.
“Cerita pesugihan diproduksi untuk memahami keterasingan mereka [..] dan sebagai tanggapan atas gangguan sosial besar-besaran yang ditimbulkan atas kemunculan akumulasi modal swasta,” katanya
Lantas, pada titik inilah cerita imajinatif muncul di masyarakat kalau orang kaya tersebut bersekutu dengan setan. Cerita itu sebetulnya memiliki pesan mitigasi agar para petani tidak menjadi kaya dan tetap bertahan dengan sistem ekonomi tradisional.
Bisa dikatakan, balutan bahwa mereka akan mati karena gagal meneken kontrak dengan setan murni untuk menakut-nakuti saja. Agar mereka menjauh dari kapitalisme yang jahat.
Baca Juga:PosIND Raih 3 Penghargaan Pada Malam Penganugerahan BCOMSS 2024Pertemuan Mossad-CIA Bahas Sandera di Gaza, Biden: Israel dan Yerusalem Sangat Berbahaya Jika Gencatan Senjata Tak Terjadi Sebelum Ramadan
Kapitalisme sendiri dipandang sebagai setan atau iblis karena sama-sama menimbulkan ketakutan. Jika setan menimbulkan ketakutan terhadap imajinasi manusia, maka kapitalisme menimbulkan ketakutan akan tindakan eksploitasi.