“Kami menemukan cara ini bekerja dua arah baik untuk bentuk agresi yang ‘tipe laki-laki’ dan ‘tipe perempuan’,” imbuhnya.
Menekan Bullying yang Efektif
Penelitian yang dipublikasikan secara online di Journal of Youth and Adolescence ini menyiratkan harus ada program anti-intimidasi yang canggih dan halus agar berhasil.
“Pesan sederhana, seperti ‘Penindasan tidak ditoleransi,’ sepertinya tidak akan efektif,” kata Juvonen.
Baca Juga:Teknisi Tesla Klarifikasi Soal Cybertruck yang Diklaim Mudah BerkaratKasus Dugaan Tindakan Perundungan Dilakukan 2 Kali, Polisi dalami Bullying Terhadap Siswa Binus Internasional School Serpong
Program anti-intimidasi di sekolah yang efektif perlu fokus pada para pengamat, yang memainkan peran penting dan dapat mendorong atau mencegah intimidasi.
Menurut Juvonen yang telah melakukan penelitian tentang intimidasi sejak pertengahan tahun 1990an dan menjabat sebagai konsultan di sekolah-sekolah mengenai anti-intimidasi, para pengamat harus disadarkan akan konsekuensi menyebarkan rumor dan mendorong agresi serta dampak buruk yang ditimbulkan oleh penindasan.
Penelitian Juvonen saat ini didukung secara federal oleh National Science Foundation dan National Institutes of Health’s National Institute of Child Health and Human Development.
Juvonen dan rekan-rekannya melaporkan pada tahun 2003 bahwa pelaku intimidasi adalah anak yang populer dan dihormati serta dianggap sebagai anak-anak yang ‘keren’.
Desas-desus yang disebarkan oleh siswa sekolah menengah seringkali melibatkan isu seputar seksualitas (mengatakan bahwa seorang siswa adalah gay atau melakukan hubungan seks bebas) dan penghinaan dalam keluarga.
Seperti halnya siswa sekolah menengah, Juvonen mencatat, primata non-manusia juga menggunakan agresi untuk meningkatkan peringkat sosial.
Rekan penulis studi baru ini adalah mantan mahasiswa pascasarjana psikologi UCLA Yueyan Wang dan mahasiswa doktoral psikologi UCLA Guadalupe Espinoza.
Baca Juga:Peneliti CIPS Ungkap Kenaikan Harga Beras Terjadi Sejak Awal Februari 2024, Harusnya Diantisipasi Jauh HariPengganti Mahfud MD: Jokowi Sempat Tunjuk Tito Karnavian, Ada Kabar Hadi Tjahjanto Bakal Dilantik Jadi Menko Polhukam
Dalam penelitian sebelumnya, Juvonen dan rekan-rekannya telah melaporkan bahwa hampir tiga dari empat remaja mengatakan bahwa mereka mengalami bullying online setidaknya sekali selama periode 12 bulan terakhir, dan hanya satu dari 10 yang melaporkan perundungan tersebut kepada orang tua atau orang dewasa lainnya.
Hampir separuh siswa kelas enam di dua sekolah negeri di wilayah Los Angeles mengatakan bahwa mereka diintimidasi oleh teman sekelasnya selama periode lima hari. Selain itu, siswa sekolah menengah yang menjadi korban perundungan di sekolah kemungkinan besar akan merasa depresi, kesepian, dan sengsara, yang pada gilirannya membuat mereka lebih rentan terhadap insiden perundungan lebih lanjut, dan penindasan itu menyebar luas.