Sosok macam Lee Kuan Yew di Singapura misalnya, dianggap mampu mengondisikan negara yang multirasial menjadi satu kesatuan entitas yang kuat. Status Le Kuan Yew juga adalah seorang pemimpin yang memang ditempa untuk menjadi pemegang kekuasaan tertinggi berbekal pengalamannya sempat menjadi anggota parlemen Malaysia saat Singapura masih menjadi bagian dari Federasi Malaysia.
Nah, semua variabel-variabel yang sudah dijelaskan, bisa saja terdapat pada Anies Baswedan. Anies adalah pemimpin yang track record-nya sudah menanjak dari level terbawah. Dimulai dari jabatan sebagai Rektor Universitas Paramadina, kemudian sempat menjadi sosok moderator dalam debat Pilpres di tahun 2009. Anies juga jadi pencetus program Indonesia Mengajar yang mengirim relawan-relawan pengajar ke pelosok Indonesia.
Anies juga pernah berkiprah di Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK ketika ia menjadi anggota “Tim 8” yang dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia kemudian ikut dalam Konvensi Capres dari Partai Demokrat di 2014. Sempat jadi Juru Bicara untuk pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla di Pilpres 2014, Anies akhirnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sebelum akhirnya meraih kursi Gubernur DKI Jakarta di tahun 2017 lalu.
Baca Juga:Adik Ipar Ferry Mursyidan Baldan: Almarhum Diduga Kena Serangan JantungPak Dahlan Sang Pemuja KTT G20
Dari kiprahnya tersebut, Anies adalah contoh pemimpin yang yang punya garis kepemimpinan linear. Ibarat Napoleon Bonaparte yang bisa jadi besar bukan karena dilahirkan sebagai pemimpin, tetapi karena memang dikondisikan secara pendidikan dan pengalaman untuk menjadi pemimpin, mungkin seperti itulah yang terjadi pada Anies.
Selain itu, Anies juga berpotensi menjadi penengah dari berbagai konflik yang terjadi pada Indonesia. Ia dikenal sebagai pemimpin yang ahli berretorika – hal yang akan sangat membantu karier kepemimpinannya kelak.
Persoalannya, akankah Anies mampu mengkapitalisasi keunggulan-keunggulan yang dimilikinya jika benar-benar maju di Pilpres 2024 mendatang. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (*)
Bondhan W, Peneliti IndoPol Watch