LONJAKAN bersejarah akan harga minyak dunia ikut mempengaruhi prospek pasar ekuitas dan mata uang Asia, karena momok harga tinggi yang berkepanjangan memperlihatkan kerentanan bagi negara-negara yang bergantung pada energi.
Risiko kenaikan harga konsumen dan gangguan pada neraca transaksi berjalan telah memicu arus keluar asing yang kuat dari pasar ekuitas di negara-negara seperti India dan Korea Selatan dalam beberapa hari terakhir, hal tersebut ikut mendorong pelemahan mata uang mereka.
Beberapa negara kaya sumber daya, seperti Australia dan Indonesia, termasuk di antara yang diuntungkan karena dapat bertahan di tengah penurunan kinerja pasar ekuitas sejak Rusia menginvasi Ukraina. Sanksi terhadap Rusia telah mendorong harga minyak mentah Brent ke level US$ 139 per barel awal pekan lalu. Kinerja Pasar Ekuitas Asia Akibat Rekor Harga MinyakPerubahan diukur sejak tanggal 23 Februari 2022 – tepat sehari sebelum invasi rusia – hingga akhir pekan lalu (11/2/2022)
Kinerja Pasar Ekuitas Asia Akibat Rekor Harga Minyak
Baca Juga:Jokowi Ungkap Lokasi Istana Negara di IKN, Diatas Bukit Dikelilingi Pohon Berbatang KecilAda 3 Jalur Pengaruh Konflik Antara Rusia dan Ukraina, Begini Penjelasannya
Berikut adalah bagaimana kondisi beberapa pasar Asia dalam menghadapi kenaikan harga energi:
Australia
Australia merupakan salah satu produsen dan eksportir utama logam dan mineral di dunia, termasuk batu bara, bijih besi dan emas. Minyak dan gas alam sendiri menyumbang lebih dari 15% pendapatan ekspor Australia, menurut data RBC Europe Ltd.
Indeks acuan ASX 200 – yang mana perusahaan material menyumbang seperempat dari bobot, telah turun 2% sejak 23 Februari, sehari sebelum invasi Rusia ke Ukraina. Kontraksi tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan penurunan lebih dari 7% terhadap MSCI Asia Pacific Index. Perusahaan tambang seperti Cimic Group Ltd. dan Whitehaven Coal Ltd sahamnya telah melonjak setidaknya 27% selama periode tersebut, sementara dolar Australia naik lebih dari 1% terhadap greenback pada akhir Jumat di Asia.
Indonesia dan Malaysia
Indonesia dan Malaysia adalah eksportir minyak sawit terbesar di dunia, status ini telah membantu bursa domestik menarik investor di tengah penurunan harga saham global. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan dari koreksi akibat dampak perang, sementara rupiah adalah satu-satunya pemenang di antara mata uang Asia sejak invasi Ukraina.