Yuri Gagarin, Simbol Persahabatan Indonesia dan Rusia

Yuri Gagarin, Simbol Persahabatan Indonesia dan Rusia
0 Komentar

Bukan hanya karya seni seperti patung. Uni Soviet pada zaman 1960-an juga turut membantu pengembangan rumah sakit Persahabatan Jakarta Timur sebagai satelit dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 1961 yang dipimpin langsung oleh para insinyur Rusia. Kemudian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan dibangun atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan Uni Soviet sampai diresmikan pada 7 November 1963, bertepatan dengan peringatan 46 tahun Revolusi Oktober 1917.

RSUP Persahabatan memiliki kerja sama dengan Rusia dalam pengembangan penyakit pernapasan maupun pertukaran dokter. RSUP Persahabatan adalah rumah sakit pemerintah kelas A dan merupakan rujukan nasional dalam penyakit pernapasan seperti TBC maupun penanganan infeksi virus seperti Covid-19.

Rekam jejak hubungan RI-Rusia yang paling fenomenal adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno. Arena olahraga ini bukan saja sebagai tonggak utama Jakarta melainkan juga menjadi kebanggaan Asia. Berawal dari kunjungan Presiden Sukarno ke Moskow pada 1956. Saat itu, Sukarno amat terkesan dengan arsitektur megah the Grand Arena of the Central Lenin Stadium (kini Stadion) Luzhniki yang berkapasitas 100 ribu penonton.

Baca Juga:Dukungan Ukraina Dalam Kemerdekaaan IndonesiaAyah Perkosa Anak Kandung di Depok, Ancam Golok Jika Tak Turuti Nafsu

Dari situlah, begitu Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games tahun 1962, Bung Karno mendorong dibangunnya kompleks Gelora Bung Karno dengan stadion utama sebagai pusat arena olahraganya. Maka, ide Stadion Utama GBK terlaksana berkat dukungan dana maupun asistensi dari para insinyur maupun arsitek Soviet berkolaborasi dengan arsitek Indonesia.

Menurut Yuke Ardhiati dalam bukunya “Bung Karno Sang Arsitek” (2005), sebagai seorang arsitek, Sukarno turut mempersiapkan rancangan Stadion Utama GBK tersebut. Ia merealisasikan konsep atap “temu gelang”, agar para penonton merasa nyaman dalam menyaksikan pertandingan olahraga. Terbebas dari hujan dan terik matahari karena iklim tropis Indonesia.

Gagasan Bung Karno tersebut, dinilai belum lazim kala itu. Pada masa itu, desain sebuah stadion yang lazim berupa bangunan dengan mempergunakan sebagian atap yang menutup bagian podium stadion saja. (*)

0 Komentar