Waspada Patahan Lembang, Bahaya dari Utara Bandung

Waspada Patahan Lembang, Bahaya dari Utara Bandung
Patahan yang membentang dari Padalarang sekitar rel kereta api di sisi barat Bandung hingga ke daerah Palintang, sebelum kaki Gunung Manglayang di sisi timur Bandung sepanjang 29 km.
0 Komentar

SUDAH beberapa tahun belakangan tidak ada gempa yang terpantau di Patahan Lembang. Potensi bencana mengintai saat masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan kapasitas mitigasi bencana.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Kelas I Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Rasmid menyatakan, tidak ada aktivitas kegempaan yang tercatat sejak 2019 di Sesar Lembang, salah satu patahan aktif di bagian utara Kota Bandung.

Padahal, rekaman data pada 2010-2012 mencatat ada 14 kali pergerakan tanah yang diakibatkan gempa pada patahan yang membentang dari Padalarang sekitar rel kereta api di sisi barat Bandung hingga ke daerah Palintang, sebelum kaki Gunung Manglayang di sisi timur Bandung sepanjang 29 km.

Baca Juga:Perseteruan dengan Pengusaha asal Surabaya Budi Said, Ini Jejak Antam Sejak 1968Rekan Sesama Selebritas Putri Patricia: Contoh Buruk! Raffi Ahmad: Ini Murni Keteledoran Saya

“Ada juga kegempaan pada 2017 lalu kisaran di bawah magnitude 3,” kata Rasmid ketika dihubungi, Senin (25/1/2021).

BMKG mencatat kekuatan gempa di Sesar Lembang itu antara magnitude (M) 1,2-3,3 dengan sumber gempa pada kedalaman antara 4-5 km.

Salah satu gempa yang merusak terjadi 28 Agustus 2011, dua hari jelang Idulfitri 1432 H sekitar pukul 9 pagi. Gempa M 3,3 itu merusak sedikitnya 384 rumah di Kampung Pasirluyu, Pasirhalang, Tugu, dan Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

Patahan atau Sesar Lembang, ungkap Rasmid, terbagi atas tiga segmen, antara Padalarang-Parompong (segmen barat), Lembang-Maribaya (segmen tengah), dan Cibodas-Manglayang (segmen timur). Gempa merusak tahun 2011 diduga terjadi akibat pergerakan pada salah satu segmen saja.

“Jika bergerak berbarengan potensi magnitude-nya bisa 6,9. Itu skenario terburuknya,” imbuh Rasmid.

Selepas kegempaan pada 2017 hingga saat ini, BMKG belum mencatat adanya kegempaan di patahan yang aktif tersebut. Aktif mengacu pada pergerakan sesar.

Sebelumnya, Mudrik Rahmawan Daryono, peneliti paleo seismologi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan tidak ada catatan atau sejarah gempa bumi besar pada Patahan Lembang. Namun, dalam penelitiannya selama delapan tahun, Mudrik mendapatkan bukti geomorfologi tentang aktivitasnya, yang sejak lama diperkirakan aktif. Geomorfologi adalah ilmu tentang bentuk permukaan bumi masa kini dan proses yang mengakibatkan bentuk tersebut.

Baca Juga:KNKT dan Sriwijaya Air SJ-182 Temui Keluarga Penumpang dan Awak PesawatBegini Tahapan Pengunduhan Data Black Box FDR Sriwijaya Air SJ 182

Penelitian yang mengakuisisi data Lidar (Light Detection and Ranging) ini bisa menembus tutupan vegetasi guna mendapatkan morfologi rinci bentukan sesar aktif tersebut. Pada patahan sepanjang 29 km itu dia memberi penanda per satu kilometer guna memudahkan proses penelitian terkait bukti-bukti adanya pergeseran muka Bumi di bidang tersebut.

0 Komentar