Waspada Gejala Resesi ‘Infeksi’ Ekonomi RI, Rizal Ramli: Masalah Corona Ini Serius Banget

Waspada Gejala Resesi 'Infeksi' Ekonomi RI, Rizal Ramli: Masalah Corona Ini Serius Banget
0 Komentar

Menurut Rizal, kendati semua indikator makro itu melemah, rupiah tak begitu merosot karena digenjot pemerintah dengan cara meminjam lebih besar dari luar negeri dengan bunga yang lebih mahal. Hal itu nantinya akan menjadi masalah. “Jadi, [pinjaman itu] buat menopang rupiah biar agak kuat sedikit,” ujarnya.

Kedua, ialah gelembung daya beli. Kondisi tahun ini menurutnya terburuk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena daya beli yang menurun sehingga penjualan anjlok. “Penjualan anjlok banget karena uang yang beredar sedikit. Kenapa? Karena kesedot untuk bayar utang. Jadi, setiap menteri keuangan terbalik, menerbitkan surat utang negara, sepertiga dari dana di bank itu kesedot buat beli surat utang negara karena dijamin 100 persen. Yang kedua, bunganya lebih mahal dari deposito.”

Gelembung ketiga, masalah gagal bayar. Menurutnya, kasus Jiwasraya dan Asabri turut berperan dalam permasalahan ekonomi. Dalam kasus itu, diperkirakan akan terjadi gagal bayar sekira Rp33 triliun. “Perkiraan saya nanti ada reksadana yang enggak mampu bayar dana pensiun dan lain-lain, total itu Rp150 triliun (gagal bayar).”

Baca Juga:Dampak Corona, Tingkat Hunian Hotel di Cianjur Menurun hingga 35-40 persenPersiapan Syuting Film ‘Elvis Presley’, Tom Hanks dan Istri Positif Idap Virus Corona

Gelembung keempat, berhubungan dengan digitalisasi. Bisnis online atau digital, kata Rizal, mengalami koreksi valuasi sebesar 40-50 persen. Gelembung kelima ialah terkait pendapatan petani. Karena kemarau, panen akan mundur sampai Mei dan Juni tahun ini. “Begitu petani panen padi, Bulog-nya tidak punya uang untuk beli, karena bulog masih rugi Rp30 sekian triliun,” ujarnya.

Dengan adanya corona dan lima gelembung masalah ekonomi itu, Rizal memprediksi perekonomian Indonesia akan mengalami krisis pada kwartal kedua. Ia bahkan mengingatkan kondisi tersebut bisa berimbas pada sektor politik seperti yang terjadi pada krisis ekonomi tahun 1997-1998. “Masalah corona ini serius banget, bisa-bisa ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sekitar 3 persen,” ujarnya. (*)

0 Komentar