Upaya Isolasi Rusia, AS dan Inggris Tekan Arab Saudi

Upaya Isolasi Rusia, AS dan Inggris Tekan Arab Saudi
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson disambut oleh Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, saat mereka tiba untuk pertemuan bilateral di Royal Court, selama kunjungan satu hari ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, setelah invasi Rusia ke Ukraina, di Riyadh , Arab Saudi, 16 Maret 2022. Stefan Rousseau/Pool via REUTERS
0 Komentar

Pada pertemuan OPEC+ terakhir pada 2 Maret – kurang dari seminggu setelah Rusia menginvasi Ukraina dan ketika Barat meningkatkan sanksi terhadap Moskow – para menteri menghindari masalah Ukraina dalam pembicaraan dan dengan cepat setuju untuk tetap berpegang pada kebijakan yang ada.

Sementara itu, Riyadh telah mengisyaratkan ingin menjalin hubungan lebih dekat dengan Beijing dengan mengundang Presiden China Xi Jinping untuk berkunjung tahun ini. The Wall Street Journal mengatakan Arab Saudi sedang dalam pembicaraan untuk menentukan harga beberapa minyak mentah yang dijualnya ke China dalam yuan. Baca selengkapnya

“Jika Arab Saudi melakukan itu, itu akan mengubah dinamika pasar valas,” ucap seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut, seraya menambahkan langkah seperti itu, yang menurut sumber itu telah lama diminta oleh Beijing dan yang diancam oleh Riyadh sejak 2018 lalu, mungkin meminta pembeli lain untuk mengikuti.

Baca Juga:Panggil Mendag, Ketua DPR Ingin Minta Penjelasan soal Pencabutan Harga Eceran Tertinggi Minyak GorengAmerika Serikat Pertimbangkan Hapus Garda Revolusi Iran dari Daftar Teroris, Israel Ketar-Ketir

Kementerian energi Saudi menolak berkomentar, sementara raksasa minyak negara Saudi Aramco tidak menanggapi permintaan komentar.

Seorang diplomat mengatakan Riyadh beralih ke ‘ancaman lama’ untuk mendorong kembali ke Barat, meskipun diplomat dan yang lainnya mengatakan setiap pergeseran ke yuan akan menghadapi tantangan praktis, mengingat minyak mentah dihargai dalam dolar, riyal Saudi dipatok ke greenback dan yuan tidak memiliki peran yang sama sebagai mata uang cadangan.

“Ini akan menjadi sembrono, mengingat harga minyak global dalam dolar dan mata uang yang dipatok, belum lagi jumlah utang Saudi yang dihargai dalam dolar, aset cadangannya dalam dolar dan kepemilikan mereka atas ekuitas AS,” papar Karen Young, seorang sarjana residen di Institut Perusahaan Amerika.

“Mungkin ada beberapa kontrak dalam yuan antara Arab Saudi dan China, tetapi tidak ada reorientasi kebijakan moneter Saudi,” tandasnya. (*)

0 Komentar