Universitas Hasanuddin Angkat Suara Soal Dugaan Tekanan yang Diterima Pembimbing hingga Luluskan Disertasi Cuci Otak Terawan

Universitas Hasanuddin Angkat Suara Soal Dugaan Tekanan yang Diterima Pembimbing hingga Luluskan Disertasi Cuci Otak Terawan
Gambaran metode cuci otak atau dalam dunia medis dikenal sebagai DSA yang dikembangkan dr Terawan Agus Putranto Sp Rad (K). (Foto: Ist).
0 Komentar

UNIVERSITAS Hasanuddin (Unhas) buka suara terkait dugaan tekanan yang diterima para pembimbing mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto sehingga meluluskan disertasi berisi metode cuci otak pada 2016.

Humas Unhas Ishak Rahman meminta Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) menjelaskan secara utuh pihak yang menekan para pembimbing Terawan tersebut.

Namun, Ishak enggan menjawab lebih jauh terkait disertasi metode cuci otak Terawan yang dinyatakan lulu pada 2016 lalu.

Baca Juga:Kemenhan Rusia Bantah Tuduhan Rezim Kiev Terkait Pembunuhan Warga Sipil di BuchaKetika Rasulullah Pernah Kesiangan Shalat Shubuh

Sebelumnya, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) menduga ada tekanan yang diterima para pembimbing Terawan Agus Putranto di Unhas terkait kelulusan disertasi berisi metode cuci otak pada 2016.

Anggota MKEK IDI Rianto Setiabudy yakin para pembimbing tahu ada kekurangan dari terapi cuci otak itu. Menurutnya, mereka diam karena diduga ada tekanan eksternal sehingga meluluskan disertasi tentang terapi tersebut.

“Karena sebetulnya mereka tahu sejak semula weakness ini, cuma mereka terpaksa mengiyakannya karena konon ada tekanan eksternal yang saya sama sekali juga tidak tahu bentuknya apa,” kata Rianto dalam rapat bersama DPR, Senin (4/4).

Rianto menjelaskan bahwa terapi tersebut memiliki kelemahan secara substansial. Terapi cuci otak ala Terawan itu dikenal juga sebagai metode Intra-Arterial Heparin Flushing (IAHF) untuk tujuan terapi yang merupakan modifikasi Digital Subtraction Angiography (DSA). (*)

0 Komentar