UAS, Singapura dan Islamophobia

UAS, Singapura dan Islamophobia
Direktur Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan
0 Komentar

Saat ini, ketika PBB, Amerika dan barat secara umum melakukan gerakan anti-Islamophobia, Singapura malah terjebak dengan hal itu. Ini akan menjadi beban besar bagi hubungan Indonesia dan Singapura ke depan, tentunya.

Pertanyaan besar bagi Singapura adalah kenapa Singapura tidak memi-“block” Jokowi untuk masuk ke Singapura, padahal Jokowi membuat nama Usman dan Harun sebagai nama jalan? Bukankah dalam versi Singapura keduanya adalah teroris? Atau terhadap SBY yang menyematkan kedua tentara tersebut sebagai nama kapal perang? Kenapa Somad yang menyinggung bom bunuh diri di Palestina, bukan di Singapura, malah menjadi persoalan?

Kenapa Singapura tidak melepaskan diri dari pikiran geostrategis masa lalu yang melihat kebangkitan Islam di kawasan pasifik sebagai ancaman? Bukankah era baru ke depan dapat dibangun dengan kebersamaan dan sinergisitas? Bukankah Islam, demokrasi dan kemakmuran bersama dapat tumbuh berkembang di kawasan pasifik?

Penutup

Baca Juga:Monas LokalPemilu 2024 Diatur Oligarki, 110 Triliun Buat Capres Boneka

Ustad Abdul Somad adalah ulama berkaliber nasional, bahkan multinasional. Organisasi Islam, baik yang disebut modernis maupun tradisional, yang diperkirakan tidak terjebak hubungan dengan Israel, secara besar-besaran mendukung UAS dalam kasus deportasi ini. Pemuda-pemuda Muhammadiyah, Al-Washliyah, Syarikat Islam, dll.

Rencana menggelar aksi protes atas deportasi ini. Gelombang kebencian Bangsa Indonesia kepada Singapura akan terus membesar. Diperlukan kata maaf pemerintah Singapura untuk hal ini. Setidaknya itu yang diinginkan Bangsa Indonesia.

Kita tunggu permintaan maaf Singapura atau kita tetap melihat hubungan sejarah kedua bangsa tidak akan berubah.

*Penulis adalah Direktur Sabang Merauke Circle

0 Komentar