UAS, Singapura dan Islamophobia

UAS, Singapura dan Islamophobia
Direktur Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan
0 Komentar

Dalam tulisan saya pada Januari 2019, The Somad Power, berbasis kehadiran saya menyaksikan ceramah UAS, saya telah melukiskan bagaimana spektrum pemikiran UAS dan daya pikatnya pada rakyat jelata. Spektrum pemikiran UAS bersifat holistik dari sifatnya kesalehan individual kepada kesalehan sosial dan peranan negara.

Dalam tulisan itu saya menyinggung pandangan UAS tentang menjaga kesalehan prempuan dan lelaki dalam konteks pernikahan remaja. Menurutnya mahar pernikahan jangan menjadi beban pria sehingga dia terjerumus ke zina.

Dalam kesalehan sosial UAS mendorong agar ummat Islam membeli produk pedagang muslim meskipun kurang kompetitif. Sebab, dominasi pedagang muslim diperlukan untuk melindungi kestabilan ekonomi ummat Islam. Dalam doanya dia mendoakan kemenangan Islam atas Israel, suatu saat nantinya, khususnya mendoakan agar para anak-anak lelaki Islam menjadi seperti Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukkan, Konstantinopel, Romawi Timur, di era lalu.

Baca Juga:Monas LokalPemilu 2024 Diatur Oligarki, 110 Triliun Buat Capres Boneka

Uraian UAS dalam sebuah ceramah di atas, yang saya saksikan langsung, adalah ajaran standar sebuah agama, khususnya Islam, di mana jawaban-jawaban atas persoalan sosial merujuk pada sejarah dan keyakinannya.

Sekarang, misalnya, jika orang-orang Ukraina melakukan bom bunuh diri mempertahankan negaranya dari invasi Rusia, apakah itu sebuah kesalahan? Orang-orang Palestina dalam pandangan Islam adalah orang yang diinvasi oleh Israel dan bersikap mempertahankan diri. Dan itu mempunyai legitimasi keagamaan kata UAS. Perspektif seperti ini, mempertahankan diri, adalah wajar dan tidak radikal. Dan pula UAS adalah penceramah, buka seorang aksioner.

Konflik masa lalu, masa kini dan Islamophobia

Pada masa lalu, konflik Indonesia vs. Singapura terjadi ketika Sukarno, Aidit dan Nyoto melakukan gerakan “Ganyang Malaysia”. Singapura adalah bagian Malaysia. Tiga tentara Indonesia, pada tahun 1965, dikirim untuk membom berbagai tempat vital di Singapura, sebagai upaya penciptaan kepanikan. Harapannya, pembentukan Federasi Malaysia, yang dituduh Sukarno sebagai antek imperialisme Inggris, bisa digagalkan.

Pemboman gedung Mac Donald, perkantoran strategis, dilakukan Serda Usman, Kopral Harun dan Gani. Usman dan Harun ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman gantung. Lalu dipulangkan ke Indonesia. Dimakamkan di taman makam pahlawan. Gani selamat.

0 Komentar