Tren yang Sudah Lama, 3 Pemicu Penembakan Massal di Amerika Serikat

Tren yang Sudah Lama, 3 Pemicu Penembakan Massal di Amerika Serikat
Polisi Berjaga di Lokasi Penembakan di Tennessee Amerika Serikat
0 Komentar

DARI penembakan massal sekolah di Texas hingga penembakan di rumah sakit Tulsa dan banyak insiden lain yang jarang dilaporkan, serentetan kekerasan senjata baru-baru ini di seluruh Amerika menunjukkan tren yang sudah lama diprediksi oleh Departemen Kepolisian, yaitu tingkat pembunuhan meningkat dalam cuaca yang lebih hangat.

Pemikiran itu juga telah diteliti oleh para kriminolog selama puluhan tahun. Penelitian terkini pun turut menelusuri hubungan antara suhu dan tingkat kejahatan.

Lalu, kenapa di Amerika banyak penembakan ketika suhu hangat atau musim panas? Berikut penyebabnya menurut para pakar yang dihubungi kantor berita AFP.

Banyak orang keluar saat cuaca hangat

Baca Juga:Vladimir Putin Ingatkan Amerika Serikat, Rusia Akan Serang Target Baru Jika Barat Pasok Rudal Jarak Jauh ke UkrainaLegislator: Tinjau Ulang Kenaikan Tarif Wisata Candi Borobudur, Kondisi Perekenomian Rakyat Berupaya Pulih

Pertama, “Sulit untuk menembak seseorang jika tidak ada orang di sekitar,” kata David Hemenway profesor kebijakan kesehatan di Harvard TH Chan School of Public Health, kepada AFP.

Ia menjelaskan mengapa kejahatan senjata jumlah kasusnya lebih rendah dalam cuaca buruk atau dingin.

Penyebab lainnya adalah suhu panas itu sendiri, yang walau mendorong orang-orang untuk keluar rumah tetapi dapat memicu konflik.

Selain menjadi penyebab di balik meningkatnya gelombang kekerasan senjata di Amerika Serikat, cuaca panas juga menunjukkan dunia yang cepat memanas akibat perubahan iklim.

Emosi karena suhu tinggi

Hemenway memaparkan, dia sudah lama tertarik meneliti hubungan antara suhu panas dengan angka kejahatan yang lebih tinggi, mengingat stereotip tentang pembagian utara-selatan di Amerika Serikat dan Italia, serta antara negara-negara Eropa utara Skandinavia dengan negara-negara Mediterania selatan.

Pada 2020, ia ikut menulis makalah di Injury Epidemiology yang dipimpin oleh mahasiswa pascasarjana bimbingannya, Paul Reeping, yang meneliti kota Chicago antara 2012-2016.

Makalah ini menggunakan laporan dari Chicago Tribune untuk mendapatkan jumlah penembakan per hari, kemudian mencocokkannya dengan suhu tinggi harian, kelembaban, kecepatan angin, perbedaan suhu dari rata-rata historis, serta jenis dan jumlah curah hujan.

Baca Juga:Tiket Naik Candi Borobudur Rp 750 ribu, Begini Penjelasan Ganjar PranowoMamalia Laut Misterius Ini Beratnya 1,5 Ton Gading Panjang Menonjol dari Hidung,

Mereka menemukan bahwa suhu 10 derajat Celsius yang lebih tinggi secara signifikan dikaitkan dengan 34 persen lebih banyak penembakan pada hari kerja, dan 42 persen lebih banyak penembakan pada akhir pekan atau hari libur.

0 Komentar