Tradisi Ramadhan Unik di Dunia, dari Menembakkan Meriam, Menyalakan Lentera hingga Padusan

Tradisi Ramadhan Unik di Dunia, dari Menembakkan Meriam, Menyalakan Lentera hingga Padusan
Foto: Masjid Sultan Suleiman (Dok: Twitter UKR Embassy in Indonesia)
0 Komentar

Praktik ini menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon, di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.

Tradisi unik tersebut sempat dikhawatirkan hilang pada 1983 setelah invasi yang berujung penyitaan beberapa meriam karena dianggap senjata. Tapi tradisi ini berhasil dihidupkan kembali oleh Tentara Lebanon setelah perang dan berlanjut hingga hari ini.

Menyalakan lentera di Mesir

Setiap tahun, orang-orang Mesir menyambut Ramadhan dengan fanous warna-warni, yakni lentera yang melambangkan persatuan dan kegembiraan sepanjang bulan suci. Meskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada agama, menyalakan lentera sangat erat dengan bulan suci Ramadhan, yang memiliki makna spiritual.

Baca Juga:Rusia Ultimatum Ukraina Menyerah, Igor Konashenkov: Kiev Tidak Tertarik untuk Selamatkan Nyawa PrajuritnyaMuslim Ukraina Lalui Ramadhan di Tengah Operasi Militer Khusus Rusia

Lahirnya tradisi ini diyakini bermula di suatu masa pada zaman dinasti Fatimiyah, ketika orang Mesir menyambut Khilafah Al-Muʿizz li-Dīn Allah saat ia tiba di Kairo pada hari pertama Ramadhan. Untuk menyediakan pintu masuk yang terang bagi imam, para pejabat militer memerintahkan penduduk setempat untuk memegang lilin di jalan-jalan yang gelap, melindungi mereka dalam bingkai kayu agar tidak meledak. Seiring waktu, struktur kayu ini muncul menjadi lentera berpola, dan sekarang ditampilkan di seluruh negeri, menyebarkan cahaya selama bulan suci.

Saat ini, fanous sering diintegrasikan ke dalam tradisi lokal lainnya. Misalnya, selama bulan suci, anak-anak berjalan-jalan dengan lampion mereka, bernyanyi dengan riang sambil meminta hadiah dan permen.

Bernyanyi lagu tradisional di Albania

Selama berabad-abad, anggota komunitas Muslim Roma, yang berasal dari Kekaisaran Ottoman, mengumumkan awal dan akhir puasa dengan lagu-lagu tradisional. Setiap hari selama bulan Ramadhan, mereka akan berbaris mondar-mandir di jalan-jalan memainkan lodra, sebuah gendang silinder berujung ganda yang dilapisi kulit domba atau kambing. Keluarga Muslim akan sering mengundang mereka di dalam rumah mereka untuk bermain balada tradisional untuk merayakan dimulainya buka puasa.

Padusan di Indonesia

Umat Islam di Indonesia melakukan ritual yang berbeda untuk ‘membersihkan’ diri pada hari sebelum Ramadhan. Beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tradisi penyucian yang disebut padusan (yang berarti mandi dalam dialek Jawa), di mana umat Islam Jawa menceburkan diri ke mata air, merendam tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki.

0 Komentar