Tradisi Arisan di Tengah Mata Uang Kripto

Tradisi Arisan di Tengah Mata Uang Kripto
Ilustrasi /Womanlibrary
0 Komentar

“Sejak anak-anak kami di taman kanak-kanak, ketika kami masih muda, bahkan sebelum kami menutupi kepala kami dengan jilbab,” dia tertawa. “Kita sudah menjadi saudara.”

Selama bertahun-tahun, uang arisan yang mereka kumpulkan telah membuat banyak impian Parmi dan teman-teman arisannya menjadi kenyataan – dari membeli barang-barang mahal hingga pergi ke luar negeri secara rombongan. Setiap kali seorang anggota arisan menemukan diri mereka dalam masa-masa sulit, kelompok arisannya memberikan bantuan uang untuk menolong mereka.

“Sudah [sifat kedua], tidak perlu dibahas lagi,” kata Parmi tentang ketentuan alokasi uang arisan untuk keadaan darurat. Tiga dari suami anggota telah meninggal selama bertahun-tahun, dan masing-masing telah dibantu oleh dana arisan. “Ketika putri saya dirawat di rumah sakit, (teman- teman arisan) bahkan menemani saya ke Jakarta.”

Baca Juga:Bagaimana Menciptakan Jurnalisme yang Sehat?35 Persen Data Internal Bank Indonesia Diduga Dicuri Komplotan Ransomware Conti

Selain itu, uang yang telah mereka setujui untuk dibayarkan setiap bulan tidak pernah menjadi penghambat bagi anggota yang sedang berjuang secara finansial. “Jika saya tidak mampu membayar tabungan bulanan, saya akan membayar setengah dari harga dan anggota lain juga akan membayar setengahnya sehingga kami dapat menggabungkannya. Tidak ada paksaan di antara kita,” katanya.

Kekuatan politik

Dengan banyaknya nama yang dimiliki di berbagai negara ( tandas di Amerika Latin, kameti di Pakistan, hui di komunitas Tionghoa di Asia Timur dan Tenggara), arisan pada intinya adalah sistem tabungan umum yang dimiliki banyak negara.

Tapi itu berkembang di Indonesia dari tradisi agraris yang panjang, dengan konsep awal gotong-royong.” Sejarah panjang arisan membuktikan bentuk awal arisan agraris adalah warga desa yang memanen hasil panennya dalam satu lumbung. Versi modern yang kita kenal sekarang muncul ketika mereka pindah ke kota-kota Hindia Belanda sekitar akhir abad ke-19.

Warga desa berusaha untuk bertahan hidup, beberapa dari mereka menjadi buruh pabrik, pembantu rumah tangga, mereka bekerja bersama sebagai komunitas untuk mengembangkan mekanisme (untuk membantu mereka). Semacam jaring pengaman bagi masyarakat miskin di lingkungan perkotaan saat itu.

Dan ternyata, arisan memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk masyarakat sebagai kekuatan politik.

0 Komentar