Tradisi Arisan di Tengah Mata Uang Kripto

Tradisi Arisan di Tengah Mata Uang Kripto
Ilustrasi /Womanlibrary
0 Komentar

DARI tradisi selama puluhan tahun hingga inspirasi film – arisan adalah ritual sosial, bantuan keuangan, kumpul-kumpul yang menyenangkan, dan banyak lagi.

Saat kaum muda saat ini mengalami tren yang meningkat dalam blockchain, sebuah investasi yang sekarang menjadi topik hangat dan melampaui kerumunan investor biasa. Anak muda Indonesia terjun ke dunia mata uang kripto.

Namun di antara banyak reksa dana online yang trendi, budaya keuangan berusia puluhan tahun masih sangat hidup berkat praktiknya yang menyenangkan. “Saya sudah mengadakan arisan dengan teman-teman saya sejak tahun 1982,” kata Parmi, 72 tahun dari Plered, Kabupaten Cirebon, kepada delik.news, 9 Februari 2022.

Baca Juga:Bagaimana Menciptakan Jurnalisme yang Sehat?35 Persen Data Internal Bank Indonesia Diduga Dicuri Komplotan Ransomware Conti

Arisan, nama untuk asosiasi simpan pinjam secara bergilir (yang juga ada di berbagai negara dari Asia hingga Afrika), adalah pertemuan sosial di mana orang-orang mengumpulkan uang dan mengedarkannya melalui undian dalam lingkaran kepercayaan teman atau kerabat. Praktik tersebut sudah lama ada di masyarakat Indonesia mulai dari desa hingga perkotaan. Itu bahkan diabadikan dalam budaya populer melalui film pemenang penghargaan tahun 2003 Arisan! oleh sineas ternama Nia Dinata dan Joko Anwar.

Beberapa orang mungkin familiar dengan stereotipnya – hanya sosialita atau ibu paruh baya yang ikut arisan – dan stigmanya – arisan adalah tempat untuk bergosip – namun pada kenyataannya, arisan telah membantu banyak orang dalam situasi keuangan.

Ikatan keluarga dan bantuan keuangan.

Parmi pertama kali berkenalan dengan teman-teman arisannya saat di bangku sekolah dasar. “Seiring berjalannya waktu, kami berpikir, mari kita mengadakan arisan saja agar ikatan kita tidak terputus,” katanya. Seperti yang banyak orang pikirkan, selalu terasa lebih baik mengadakan arisan daripada “kumpul-kumpul yang tidak berguna”.

Kini, hampir setengah abad kemudian, tradisi itu berlanjut. Parmi dan teman-temannya sering membawa cucunya ke acara arisan untuk saling bertemu keluarga.

“Ikatan keluarga terasa baik, bahkan cucu saya yang berusia enam tahun menelepon suami teman saya beberapa hari yang lalu untuk mengucapkan terima kasih karena telah memberinya permen,” kata Parmi.

Panjang umur atas persahabatan mereka melalui arisan adalah sesuatu yang Parmi hargai.

0 Komentar