The Death of Party Ideology? Budayawan Jogja: Heru Subagia Demarkasi Kegelapan di Pemilu 2024

The Death of Party Ideology? Budayawan Jogja: Heru Subagia Demarkasi Kegelapan di Pemilu 2024
0 Komentar

Dengan kata lain, mungkin dapat dikatakan, pragmatic maxim berada di balik deideologisasi Orde Baru, yakni membuat partai berpusat pada diferensiasi praktikal. Daripada bergulat pada perang narasi ideologi yang kerap kali tidak menghadirkan perbedaan praktis, lebih baik partai berfokus pada manifestasi ideologinya, yakni program yang ditawarkan kepada masyarakat.

Politik di negeri Paman Sam adalah contoh paling gamblang dalam menerangkan persoalan tersebut. Seperti yang diketahui, di AS terdapat dua partai dominan, yakni Partai Demokrat dan Partai Republik. Yang menarik, keduanya tidak hanya kontras di atas kertas (ideologi), melainkan juga kontras di tataran orientasi kebijakan publik.

Dalam tatanan politik, Partai Republik mendukung pemerintah federal dengan wewenang terbatas dan pemerintah negara bagian yang kuat. Sedangkan Partai Demokrat justru percaya pada wewenang pemerintah federal yang lebih besar.

Baca Juga:Jokowi: Ya Itu Hak Pak Mahfud, Saya Sangat MenghargaiFacebook Profesional Lagi Ramai di Medsos, Begini Penjelasannya

Dalam tatanan ekonomi, Partai Republik percaya pada pertumbuhan ekonomi melalui persaingan bebas dan mendorong orang-orang untuk menggunakan ide-ide inovatif mereka sendiri. Sedangkan Partai Demokrat justru percaya bahwa ekonomi mungkin akan sulit untuk ditangani individu, sehingga keputusan bisnis dinilai lebih baik jika dipandu oleh kebijakan pemerintah.

Kimberly Amadeo dalam tulisannya Democrats or Republicans: Which Is Better for the Economy?menyebutkan Partai Demokrat mengarahkan kebijakan ekonomi untuk membantu kelompok berpenghasilan rendah dan menengah. Selain untuk mengurangi ketimpangan pendapatan, kebijakan tersebut juga dipercaya sebagai cara terbaik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ini bertolak dari temuan bahwa kelompok berpenghasilan rendah lebih cenderung menghabiskan uang ekstra untuk kebutuhan sehari-hari daripada menabung atau berinvestasi, sehingga dapat meningkatkan permintaan dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Dalam tulisannya Why Trickle-Down Economics Works in Theory But Not in Fact, Amadeo menyebutkan kesimpulan itu bertolak dari evaluasi terhadap mazhab trickle-down economics atau trickle-down effect yang terbukti tidak efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sedikit konteks, trickle-down effect sendiri adalah mazhab ekonomi yang berasumsi bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, maka kebijakan ekonomi harus diarahkan kepada pengusaha atau industri besar.

Amadeo menyebutkan Partai Demokrat juga mendukung teori ekonomi Keynesian. Teori tersebut meyakini pemerintah harus meningkatkan permintaan (demand) atau keinginan dan kemampuan konsumen untuk membeli barang atau jasa karena dipercaya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

0 Komentar