The Death of Party Ideology? Budayawan Jogja: Heru Subagia Demarkasi Kegelapan di Pemilu 2024

The Death of Party Ideology? Budayawan Jogja: Heru Subagia Demarkasi Kegelapan di Pemilu 2024
0 Komentar

Dia mengatakan, Ganjar adalah sosok yang mulanya masuk dalam partai politik (parpol), lalu menjabat sebagai anggota DPR dan mengerti cara membuat undang-undang. Selepas DPR, Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode.

“Beliau mengerti birokrasi, Beliau membuktikan program-program yang jalan track record-nya jelas ada dan berani membuat keputusan,” ucap Gaguk.

Saat ditanya, sosok Heru Subagia yang mencalonkan diri sebagai Caleg DPR RI PAN yang bertarung di dapil 8, meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Gaguk menegaskan Heru Subagia hingga saat ini tetap tegak lurus mendukung Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.

Baca Juga:Jokowi: Ya Itu Hak Pak Mahfud, Saya Sangat MenghargaiFacebook Profesional Lagi Ramai di Medsos, Begini Penjelasannya

”Saya mendukung Heru Subagia bertarung di Senayan. Banyak alasan logis yang membuat saya semakin yakin untuk mendorong Heru Subagia. Salah satunya rekam jejaknya selama ini tidak pernah bermasalah dengan hukum. Kemudian, sukses menjadi pengusaha dan kesetiaannya kepada Ganjar Pranowo,” ungkap Gaguk.

Selain itu, Gaguk menilai, Heru Subagia dalam karir politiknya sebagai kelompok relawan militan, yang pertama merilis secara nasional berani mendeklarasikan semangat perubahan kepemimpinan nasional. Dampak psikologis dan politik memicu kesadaran banyak kelompok penekan akan segera hadir dan akan memberikan dukungan pro perubahan.

Menurutnya, gerakan perubahan akan terus berkembang dan akan terbangun masif dan bergelombang ditopang oleh masyarakat yang kritis, melek konstitusi, kelompok pendukung rezim yang masih mengedepankan nasionalisme, mereka masyarakat cerdas politik dan kebangsaan yang tidak menginginkan rusaknya tata negara dan mereka menolak politik dinasti yang melanggengkan kekuasaan mengarah terciptanya dinasti politik baru.

Saat ini semua partai yang ada hampir seragam dalam pola kecenderungan ideologinya. Mereka menawarkan narasi yang sama, seperti membela rakyat kecil. Menurutnya, situasi ini kontras dengan zaman Orde Baru yang memperlihatkan demarkasi tegas ideologi tiap partai.

Suka atau tidak, gambaran diatas adalah realitas politik kita saat ini. Pasalnya, ketika berkuasa, partai Islam – seperti PPP dan PKB, nyatanya tidak memiliki perbedaan eksekusi program yang berarti dengan partai nasionalis – seperti PDIP dan Gerindra. Kedua kutub ini terlihat memiliki corak yang sama, baik di kampanye maupun di parlemen, yakni memperjuangkan hak rakyat.

0 Komentar