Teruhuy-uhuy oleh Komeng dalam Pemilu 2024

Teruhuy-uhuy oleh Komeng dalam Pemilu 2024
Foto Calon anggota DPD RI Alfiansyah Komeng dalam surat suara. Dok. ANTARA
0 Komentar

Profesi sebagai komedian acapkali dinilai oleh masyarakat sebagai orang yang memiliki karakter humoris, paham kondisi sekitar namun disampaikan dengan candaan. Modal lainnya adalah foto yang dinilai apa adanya dan tidak neko-neko, atau jauh dari kata pencitraan.

Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan terkuat pemilihnya memilih Komeng sebagai Caleg DPD yang dinilai “lebih dikenal” dibandingkan caleg lainnya. Jadi secara tidak disadari, foto Komeng dengan pose yang berbeda di surat suara menjadi salah satu penguat sosok Komeng yang semakin terlihat berbeda dari caleg lain, sehingga menarik dan mudah diingat oleh masyarakat.

Jadi jelas bahwa pemilihan foto dalam surat suara pun dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat dan mempertahankan sosok Komeng dalam sudut pandang si pemilih. Branding Komeng sebenarnya sudah menempel di benak masyarakat, semenjak ia menjadi aktor dalam Sitkom Spontan di salah satu stasiun televisi swasta. Jadi jika disebut “Komeng”, disadari atau tidak pasti setiap orang akan merespon dengan slogan “Uhuy”.

Dinamika Psikologis Pemilih Komeng “Uhuy”

Baca Juga:Gedung ex British American Tobacco Bakal Jadi Destinasi Wisata Kota Cirebon, Dibuka untuk Umum Akhir Tahun 2024Pakar Hukum Tata Negara Margarito Kamis Sebut Kecurangan Pemilu Terstruktur, Sistematis, dan Masif Ranah Bawaslu Bukan MK

Fenomena perolehan suara Komeng juga dapat dianalisa dari sudut pandang Psikologi, tepatnya Teori Mere exposure effect (efek eksposur belaka). Cinta karena biasa, dekat karena familiar, nah hal-hal inilah yang dapat menganalogikan konsep teori efek mere exposire. Teori ini dikenalkan oleh seorang Psikolog Jerman, Gustav Fehner pada abad ke 19. Subjek studi ini menjadi hal yang menarik, khususnya di bidang Psikologi Sosial dan Marketing.

Fenomena ini mengacu pada pada kecenderungan orang untuk lebih menyukai hal-hal yang sudah dikenal atau akrab atau familiar  baginya. Pada tahun 1968, Robert Zajonc melakukan eksperimen dengan memperlihatkan gambar wajah secara berulang-ulang kepada partisipan eksperimennya dan hasilnya menunjukkan bahwa partisipanmenyukai wajah-wajah yang sering mereka lihat.

Hal ini yang juga menjadi alasan di pemilu sebelumnya banyak artis berhasil menjadi caleg karena popularitas masih menjadi acuan masyarakat Indonesia dalam menentukan pilihannya di Pemilu. Jadi jelas bahwa teori ini menjadi salah satu alasan kenapa Komeng mendapatkan suara terbanyak. Hakikatnya manusia menyukai hal-hal yang telah akrab karena hal tersebut memberikan rasa aman dan nyaman.

0 Komentar