Tahi Napoleon

Tahi Napoleon
Disway
0 Komentar

Perjalanan karier Napoleon Anda sudah lebih tahu: pernah jadi Kapolres Ogan Komering Hulu, Sumsel. Napoleon anak pertama dari 4 bersaudara. Orang kampung ayahnya, menurut wartawan Sumeks, Hendro, memanggil Napoleon dengan panggilan Buyung.

Hendro kemarin ke desa kelahiran ayah Napoleon itu –7,5 jam dari Palembang ke arah Bengkulu.

Hari ini Bareskrim Mabes Polri dijadwalkan memeriksa Bonaparte. Kalau tidak tiba-tiba sakit. Atau ada agenda lain.

Baca Juga:Ganjar Pranowo Harusnya Mulai Berkemas Tinggalkan PDIPNakes Honorer 5 Tahun Ini 3 Hari di Jurang Hanya Minum Air Hujan Saat Diburu Teroris KKB di Kiwirok

Bareskrim sudah lebih dulu memeriksa tiga saksi. Termasuk tahanan yang mendapat tugas dari Bonaparte untuk menyiapkan tahi manusia itu. ”Menyiapkan” di situ termasuk mencari, membungkus, dan meletakkan di ruang tahanan.

“Mntr pendapat saya, kece memang kurang ajar, tapi napoleon juga salah menganiaya kece di dalam tahanan, keduanya sama2 salah dan melanggar hukum/ tdk boleh ditolelir,” tulis salah satu anggota grup. Muhammad AS Hikam, yang juga sering berkomentar di situ menimpali: “Sekalipun kurang ajar Kiai, tetap harus mengikuti proses hukum dan tidak dibenarkan main hakim sendiri. Apalagi alasan agama. Agama kita tidak mengajarkan untuk itu. Apalagi ngelaburi taikk manusia..”.

AS Hikam adalah seorang profesor, doktor, dan pernah menjabat menteri ristek di zaman Presiden Gus Dur. Kini Prof Hikam mengajar di President University untuk banyak mata kuliah: di international relations, pengantar ilmu sosial dan budaya, diplomasi budaya, komunikasi internasional & budaya, dan pengantar politik ekonomi internasional.

Rupanya ada juga yang tidak sependapat dengan AS Hikam. Juga dari orang terkenal: Ustaz Yusuf Mansyur.

“Untuk hal ini, saya setuju sama Napoleon, hehehe. Ampun. Saya ga bisa begitu, hehehe…,” tulisnya.

Prof Hikam langsung menimpali dengan dua posting berurutan: “Membela agama kita harus dengan cara cara yang tepat dan beradab,” tulisnya. Lalu disusul ini: “Beradab…. kalo Napoleon dibenarkan maka akan bahaya ke depannya, akan ada perlakuan serupa nantinya ..Ngapunten …Ngunu Yo Ngunu Tapi Yo Ojo Ngunu Toh !! Hii hii.”

Ada anggota grup yang langsung menyahut. Rupanya dari Cirebon: “Kalau dalam hukum fikih, yang murtad dan melecehkan agama harus diperangi dan dipenggal…untung aja Kece ngga di Cirebon, klo disini dikarungin”.

0 Komentar