Tabrak Ibu Sampai Tewas, Kajian Psikologi

Tabrak Ibu Sampai Tewas, Kajian Psikologi
Mudik maut di Mojokerto/ net
0 Komentar

Gray: “Beberapa waktu kemudian saya diberitahu, bocah laki itu sudah meninggal saat tiba di rumah sakit. Death on arrival.”

Polisi tidak menetapkan Gray sebagai tersangka. Gray hanya dimintai keterangan di kantor polisi, lalu bebas pergi. Bebas dari hukum.

Gray menghabiskan seminggu di dalam kamar apartemen. Dia hanya keluar untuk makan. “Saya mengalami, apa yang sekarang saya anggap sebagai halusinasi,” kata Gray kepada Reporter.

Baca Juga:Pelayanan Prima Pos Pam Kadungora Manjakan Para PemudikHindari Kemacetan Arus Balik, Disdik Jabar Undur Jadwal Masuk Sekolah Jadi 12 Mei

Halusinasi macam apakah? “Saya mendengar suara ini, dengan sangat jelas, mengatakan: Kamu mengambil seorang putra dari ibunya. Dan hukumanmu adalah, kamu tidak akan pernah bisa punya anak sendiri.”

Gray, yang mahasiswi pasca-sarjana bidang Psikologi Klinis, kemudian diterapi psikiater. Untuk memulihkan suara-suara (halusinasi) yang muncul itu. Terapi selama dua tahun.

Dia masih nyetir mobil. Tapi, kadang mendadak ngerem. “Saya seperti melihat sesosok anak laki, rambut pirang. Menyeberang mendadak. Jadinya, mobil saya ditabrak mobil lain dari belakang.”

Karena kejadian begitu sering, maka dia memutuskan tidak menyetir mobil lagi.

Bumi terus berputar pada porosnya. Hari berlalu, kehidupan Gray berlanjut. Dia menikah. Bertahun-tahun tanpa anak, walau mereka menginginkan kehadiran anak. Akhirnya mereka bercerai.

Gray menceritakan kisah 40 tahun itu (1977 sampai dimuat koran 2017) tanpa penyesalan. Karena dia tahu, bahwa kejadian itu bukan salah dia. Walaupun kejadian itu lengket selama 40 tahun di memori otak.

Soal dia tidak punya anak, meski dia dan suami menginginkan, juga tidak disesali. Ia berusaha keras tidak mengaitkan kodrat tersebut atas halusinasi, bahwa dia ‘diancam’ tidak akan punya anak sendiri seumur hidup.

Baca Juga:Kapolda Jateng: 45 Kapal Terbakar Rugi Rp130 MiliarRelawan Ganjar Siap Ngedan All Out Dukung Ganjar Jadi Presiden 2024

Tidak. Gray tidak mengaitkan kondisi dengan halusinasi. Ia berusaha keras melupakan kejadian tersebut, termasuk halusinasinya. Tapi, dia mengakui, bahwa usaha dia tidaklah gampang.

Gray tidak menjelaskan, apakah tidak gampang melupakan itu berarti sampai 2017 dia masih dihantui peristiwa tersebut. Tidak dijelaskan. Tapi dari kata-kata dia, tampak bahwa kejadian lama masih menghantui.

Kisah Gray, menabrak orang lain. Bukan anggota keluarga.

Lalu, bagaimana dengan Agus Wahyudi? Bagaimana dengan peristiwa serupa menimpa orang lain? Apakah perlu terapi seperti Gray?

0 Komentar