Suhu Gunung Gede-Pangrango Capai 0 Derajat, Puncak Jayawijaya Es Abadi Bakal Hilang

Paparan BMKG terkait kondisi salju di Puncak Jaya, Jayawijaya, Papua, April 2024.
Paparan BMKG terkait kondisi salju di Puncak Jaya, Jayawijaya, Papua, April 2024.
0 Komentar

PERUBAHAN iklim di Pulau Jawa akhir Juli membuat sejumlah daerah mengalami suhu ekstrem dingin. Salah satunya adalah Gunung Gede-Pangrango di Kabupaten Bogor. Sepanjang akhir pekan lalu, para pendaki yang naik ke Gede-Pangrango terus melaporkan suhu di puncak maupun di Alun-Alun Suryakencana mencapai nol derajat.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada pekan lalu memang sempat menyatakan bahwa sejumlah daerah di Jawa akan mengalami kemarau serta perubahan suhu ke arah dingin. Dosen Meteorologi kampus ITB Muhammad Rais Abdillah memberikan penjelasan terkait kondisi suhu di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat yang sempat mencapai 0 derajat celcius. Ia menilai kondisi tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kondisi awan, angin dan kelembapan.

“Secara umum saya jelaskan suhu dingin  di berbagai tempat di musim kemarau di pagi hari ini fenomena umum,” ujar Kepala prodi Meteorologi ITB, Senin (22/7/2024).

Baca Juga:BPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan NilainyaDemonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah Korban

Namun uniknya, situasi di Jawa berbeda dengan di kawasan tertinggi di Indonesia, yakni di Kabupaten Puncak Jaya, Irian. Di sini, di Gunung Jayawijaya, dengan suhu terkini mengacu ke laman weather.com -4 derajat celcius, laporan dari BMKG justru menyatakan lapisan es abadi terus tergerus, dan kemungkinan besar akan hilang!

Gunung Jayawijaya adalah gunung es setinggi 4.884 meter di atas permukaan laut. Ini gunung tertinggi di Indonesia dan masuk ke dalam sirkuit tujuh puncak dunia. Gunung ini dikenal juga dengan nama Cartenz Pyramid.

Dalam pertemuan terakhirnya April lalu, BMKG menemukan ketebalan tutupan es di Puncak Jaya, Papua, berkurang diperkirakan sekitar empat meter berdasarkan pemantauan terakhir pada Desember 2023.

“Hal ini kemungkinan terkait kondisi El Nino pada 2022-2023,” kata Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Klimatologi Pusat Litbang BMKG Donaldi Permana dalam seminar virtual terkait iklim berkelanjutan menyambut Hari Meteorologi Dunia ke-74 di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, BMKG melakukan pemantauan tutupan es atau gletser di Puncak Jaya pada 2009-2023. Dari 2016 hingga 2022, kata dia, rata-rata pengurangan luas es mencapai sekitar 0,07 kilometer persegi per tahun dengan estimasi total luas es pada April 2022 mencapai 0,23 kilometer persegi.

0 Komentar