Strategi Intelijen Politik Megawati Soekarnoputri Tiru Operasi Khusus Ali Moertopo?

Strategi Intelijen Politik Megawati Soekarnoputri Tiru Operasi Khusus Ali Moertopo?
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri/Net
0 Komentar

Ada empat alasan di balik kesimpulan itu. Pertama, Megawati tampaknya menjadikan Pancasila sebagai tolak ukur kawan dan lawan politiknya. Partai atau politisi yang ingin merapat harus menyuarakan Pancasila.

Kedua, posisi PDIP saat ini berada di atas angin karena menjadi satu-satunya partai yang mampu mengusung capres-cawapres tanpa perlu berkoalisi. Ini membuat PDIP menjadi magnet kuat bagi siapa pun yang ingin maju di Pilpres 2024 ataupun sekadar ingin mendapat sokongan politik.

Ketiga, PDIP menempatkan dirinya sebagai kekuatan penentu. Ini terlihat dari pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto ketika menegaskan PDIP tidak merasa ketinggalan dengan partai lain yang sudah bermanuver.

Baca Juga:Puan Maharani Ditinggal atau Disingkirkan PDI Perjuangan?Mampukah Gerakan Pendukung ‘Radikal’ Ganjar Pranowo Tembus Pilpres 2024?

“Jadi justru kami yang menarik, tidak pernah meninggalkan, kami tidak pernah ditinggalkan,” ungkap Hasto pada 27 Mei 2022.

Keempat, berbagai pejabat elite terlihat mendekati Megawati dan PDIP untuk mendapatkan dukungan politik. Dua diantaranya adalah Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Laksamana TNI Yudo Margono.

Seperti yang telah diinterpretasi dalam artikel PinterPolitik sebelumnya, Dudung Tiru Manuver Gatot?, tidak seperti sangkaan banyak pihak, melesatnya karier militer Dudung dalam dua tahun terakhir ini bukan karena melawan Front Pembela Islam (FPI) atau menurunkan baliho Habib Rizieq Shihab (HSR) pada November 2020, melainkan karena meresmikan patung Presiden Soekarno di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah Pada 7 Februari 2020.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri turut meresmikan patung itu. Menurut politisi PDIP Utut Adianto Wahyuwidayat, Dudung yang menginisiasi pembangunan patung Bung Karno di Akademi Militer membuat Megawati begitu terharu dan bahagia.

Menurut Utut, pembangunan patung tersebut memiliki makna yang dalam karena sebelumnya Bung Karno dipersepsikan bukan sebagai sahabat Angkatan Darat. “Saya lihat Ibu bukan hanya gembira, campur terharu lah, setelah sekian puluh tahun akhirnya bisa cair seperti itu,” ungkapnya pada 17 November 2021.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya 27 Juli 2020, Dudung dipromosikan menjadi Pangdam Jaya. Belum genap setahun menjabat, Dudung diangkat menjadi Pangkostrad pada 25 Mei 2021. Dan pada 17 November 2021 diangkat menjadi KSAD. Benar-benar karier yang luar biasa. Tidak heran kemudian berbagai pihak menyebut Dudung sebagai “anak emas Megawati”.

0 Komentar