Staf Tuding Kebijakan Editorial CNN: Corong Propaganda Israel, Penyensoran Perspektif Palestina dan Malpraktik Jurnalistik

Staf Tuding Kebijakan Editorial CNN: Corong Propaganda Israel, Penyensoran Perspektif Palestina dan Malpraktik Jurnalistik
CNN Center di pusat kota Atlanta. PHIL W.HUDSON
0 Komentar

“Klaim terkenal ‘bayi yang dipenggal’, yang dikaitkan dengan pemerintah Israel, mengudara selama kurang lebih 18 jam – bahkan setelah Gedung Putih menarik kembali pernyataan Biden bahwa dia telah melihat foto-foto yang tidak ada. CNN tidak memiliki akses terhadap bukti foto, atau kemampuan untuk memverifikasi klaim ini secara independen,” kata mereka.

Seorang juru bicara CNN mengatakan jaringan tersebut secara akurat melaporkan apa yang dikatakan pada saat itu.

“Kami sangat berhati-hati dalam mengaitkan klaim ini ke dalam pelaporan kami, dan kami juga mengeluarkan panduan yang sangat spesifik mengenai hal ini,” kata mereka.

Baca Juga:Dituduh Terlibat Kasus Pencucian Uang, Raffi Ahmad: Tidak BenarKSAD Maruli Simanjuntak: Pilot Susi Air Philip Mark Merhtens, Informasi Terakhir dalam Keadaaan Sehat

Dorongan untuk liputan yang lebih berimbang dipersulit dengan adanya blokade Israel terhadap jurnalis asing yang memasuki Gaza kecuali di bawah kendali IDF dan tunduk pada sensor. Hal ini telah membantu menjauhkan dampak penuh perang terhadap warga Palestina dari CNN dan saluran lainnya, sembari memastikan bahwa ada fokus yang berkelanjutan pada perspektif Israel.

Juru bicara CNN menolak tuduhan bias. “Pelaporan kami menentang tanggapan Israel terhadap serangan tersebut, termasuk beberapa investigasi, wawancara, dan laporan kami yang paling rinci dan penting,” kata mereka.

Satu-satunya jurnalis asing yang melaporkan dari Gaza tanpa pengawalan Israel adalah Clarissa Ward dari CNN, yang masuk selama dua jam bersama tim kemanusiaan dari Uni Emirat Arab.

Ward mengakui tantangan tersebut di Washington Post minggu lalu. Dia menulis bahwa liputannya dari Israel memungkinkan dia “untuk menciptakan gambaran yang jelas tentang kejadian mengerikan yang terjadi pada 7 Oktober”.

Namun, dia dilarang untuk menyampaikan gambaran yang lebih lengkap tentang tragedi yang terjadi di Gaza karena blokade Israel terhadap jurnalis asing, sehingga menambah beban bagi jurnalis asing. Hanya sejumlah kecil wartawan Palestina yang berani menulisnya tetapi dibunuh dalam jumlah yang tidak proporsional.

“Kita sekarang harus bisa melaporkan kematian dan kehancuran mengerikan yang terjadi di Gaza dengan cara yang sama – di lapangan, secara independen – di tengah salah satu pengeboman paling intens dalam sejarah peperangan modern,” tulisnya. (*)

0 Komentar