Skandal Trumpgate, Rekaman Komunikasi Presiden AS ke-45 dengan Menlu Negara Bagian Georgia

Skandal Trumpgate, Rekaman Komunikasi Presiden AS ke-45 dengan Menlu Negara Bagian Georgia
Rekaman mantan Presiden Trump berbicara dengan Menteri Luar Negeri Georgia Brad Raffensperger diputar selama sidang Komite Terpilih pada 6 Januari pada Oktober 2022. Foto: Alex Wong/POOL/AFP via Getty Images
0 Komentar

NUN jauh di timur laut Samudra Pasifik, seorang pemimpin yang sebentar lagi lengser terdengar berusaha mati-matian mempertahankan tahta kekuasaannya. “Aku menang pemilu ini dengan ratusan ribu suara. Tidak mungkin aku kalah di Georgia. Mustahil.”

Kutipan di atas berasal dari rekaman komunikasi Presiden AS ke-45 Donald Trump dengan menteri luar negeri negara bagian Georgia, Brad Raffensperger, yang baru-baru ini dirilis oleh The Washington Post.

Trump mendominasi percakapan telepon berdurasi satu jam tersebut. Ia membukanya dengan dugaan-dugaan liar tentang kecurangan pemilu di Georgia. Intinya, ia tidak terima kalah dengan selisih 11.799 suara dari Joe Biden di sana. Trump blak-blakan mengungkapkan keinginannya untuk “menemukan 11.780 surat suara”.

Baca Juga:Angka Fantastis, Bandar Narkoba Punya Aset Senilai Rp25,52 MiliarTemuan Serpihan di Perairan Kumai, KNKT: Bukan Bagian dari Badan Pesawat Terbang Transportasi

Trump bersikeras bahwa di Fulton County ada ratusan ribu surat suara yang dirusak. Terlepas dari berbagai tekanan Trump, Raffensperger kukuh merespons dengan pernyataan pendek: “Data yang Anda miliki keliru”. Tuduhan Trump tentang 5.000 surat suara oleh orang mati, misalnya, dibantah oleh Raffensperger yang hanya menemukan dua kasus demikian. Trump bahkan sampai mengancam Raffensperger dan pengacaranya akan pelanggaran kriminal, apabila mereka mengetahui kecurangan pemilu namun tidak melaporkannya.

Raffensperger sempat menyampaikan kepada Trump bahwa masalahnya selama ini berkaitan dengan media sosial, sebuah dunia yang memungkinkan orang bicara apapun. Namun Trump dengan gusar menegaskan bahwa sumber-sumbernya berasal dari “media Trump”, merujuk pada pemberitaan yang isinya cuma membela dirinya. Trump sendiri terkesan membenci media sosial, yang dilihat sebagai bagian dari bisnis raksasa teknologi (“Big Tech”) yang selama ini suka memusuhinya.

Setelah mengulur-ulur proses transisi, Trump masih saja mencari celah agar dirinya tetap bisa menang pilpres. Sampai pertengahan Desember silam, NBC News mencatat bahwa Trump dan jajarannya di Partai Republikan sudah mengajukan 57 gugatan kecurangan hasil pilpres. Lima puluh di antaranya sudah ditolak, dihentikan, atau dinyatakan selesai.

Wapres terpilih dari Partai Demokrat, Kamala Harris, menilai telepon intimidasi Trump sebagai “suara keputusasaan” dan “penyalahgunaan wewenang”. Bukan tidak mungkin, insiden tersebut bisa menyeret Trump ke ranah hukum, seperti disampaikan oleh anggota dewan Demokrat di New York, Jerry Nadler.

0 Komentar