Siapa Sosok ‘Qadli Zaka’ Penyebar Islam di Tanah Jawa?

Siapa Sosok 'Qadli Zaka' Penyebar Islam di Tanah Jawa?
Masjid Agung Demak, akhir abad ke-19 (Tropenmuseum)
0 Komentar

Karya lainnya adalah tiang Masjid Demak yang terbuat dari tatal, gamelan Naga Wilanga, gamelan Guntur Madu, gamelan Nyai Sekati, gamelan Kyai Sekati, wayang kulit Purwa, baju takwa, kain balik, tembang Dhandhanggula dan syair-syair pesantren. Di dalam tembang Dhandhanggula tergambar makna-makna kehidupan.

Sunan Kalijaga memerintahkan sang murid bernama Sunan Bayat untuk membuat bedug di masjid guna mengerjakan shalat berjamaah. Selain itu membuat acara ritual berupa gerebeg Maulud yang asalnya dari tabligh atau pengajian akbar yang diselenggarakan di Masjid Demak untuk memperingati Maulud Nabi.

Ia dikenal juga sebagai pencipta gong sekaten atau Gong Syahadatain (dua kalimah syahadat) yang jika dipukul akan berbunyi dan bermakna bahwa “mumpung masih hidup agar berkumpul masuk agama Islam”. Tercatat pula sebagai pencipta wayang kulit di atas kulit kambing juga sebagai dalang (dari kata dalla’ yang berarti menunjukkan jalan yang benar).

Baca Juga:Sembuhkan Raja Pattani, Pengganti Syekh Subakir Ini Dikenal dengan Sebutan Syekh Sa’id di ThailandJejak Kayu Jati Masjid Demak, Pertemuan Sunan Kalijaga dan Ratusan Kera Raksasa di Gua Kreco Gunungpati

Di antara para wali sembilan, Sunan Kalijaga merupakan sosok wali yang berjiwa besar, pemimpin, mubaligh, pujangga dan filsuf, yang berdakwah di area yang luas. Saat melakukan tabligh, Sunan Kalijaga senantiasa diikuti oleh para kaum ningrat dan pelajar.

Kaum bangsawan dan cendekiawan amat simpatik kepada beliau, karena arena caranya beliau menyiarkan agama Islam yang disesuaikan dengan aliran zaman. Dia adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dan pergaulannya dan berpandangan jauh ke masa depan. Ia seorang wali yang ternama serta disegani.

Ia terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam dengan lain perkataan. Dalam cerita wayang itu dimaksudkan sebanyak mungkin unsur-unsur ke-Islam-an, hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa pada waktu itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hinduisme dan Buddhisme, atau tegasnya Syiwa Budha. Dengan kata lain, masyarakat masih memegang teguh tradisi-tradisi atau adat istiadat lama.

Cerita wayang itu antara lain Jimat Kalimasada dan Dewa Ruci serta Petruk Jadi Raja dan Wahyu Widayat, serta sebagai ahli dalam hal pengaturan istana atau kabupaten dengan alun-alun serta pohon beringin dan masjid.

0 Komentar