Siapa Sosok Eksil Tragedi 1965, Orang Tua Angkat Bjorka di Warsawa?

Siapa Sosok Eksil Tragedi 1965, Orang Tua Angkat Bjorka di Warsawa?
Ibadah penghiburan atas meninggalnya Batara Ningrat Simatupang (sumber: sbsinews.com)
0 Komentar

Mungkinkah ia adalah orang tua angkat Bjorka?

Pelarian politik 1965

Menurut LIPI, kebijakan 1965 mengacu kepada pengasingan (eksil) warga Indonesia di luar negeri. Setelah peristiwa G 30S PKI 1965, banyak orang-orang Indonesia yang terpaksa harus berada di luar negeri dan tidak bisa pulang kembali ke Indonesia. Mereka adalah orang yang sedang berada di luar negeri untuk berbagai keperluan, seperti sekolah, menjalankan tugas diplomatik, menjadi wakil di organisasi internasional, atau anggota kontingen kebudayaan.

Saat G30S meletus di Jakarta mereka sebetulnya tidak mengetahui peristiwa tersebut karena komunikasi masih terbatas. Tahun 1966 kemudian ada pendataan ulang terhadap WNI di luar negeri terutama di negara sosialis komunis seperti Tiongkok, Rusia, Praha (Rep. Cek), dan Kuba. Mereka diberi opsi untuk pulang ke Indonesia dengan syarat menyetujui Soeharto adalah pemimpin Indonesia yang sah dan Soekarno terlibat G30S atau menolak.

Dilansir dari Antara, dosen Universitas Indonesia Ari Junaedi saat menyampaikan penelitiannya dalam sidang doktoralnya di Universitas Padjadjaran, Bandung, Selasa (3/8/2010).

Baca Juga:Menerka di Balik Nama BjorkaNah Ini Dia, Foto Profil yang Digunakan Bjorka Cover Album Bjork: Utopia

Staf khusus mantan Presiden Indonesia Megawati itu melakukan penelitian mendalam tentang para eksil di sejumlah negara Eropa. Hasil penelitian yang dijabarkan dalam sidang doktoral itu berjudul “Transformasi Identitas dan Pola Komunikasi Para Pelarian Politik di Mancanegara”.

Menurut Ari, latar belakang yang menjadi para eksil 1965 itu masih ingin menjadi warganegara Indonesia karena mereka tidak pernah menyatakan keluar dari kewarganegaraan Indonesia, melainkan status itu dicabut pemerintah saat itu.

“Ketika peristiwa 1965 meletus, rezim Orde Baru memperlakukan sebagian pelajar yang ada di luar negeri sebagai simpatisan PKI. Rezim Orde Baru pernah mengultimatum warga negara Indonesia yang ada di luar negeri untuk lapor dan menyatakan kesetiaannya pada rezim Soeharto. Jelas mereka yang tidak tahu-menahu, yang loyalis Bung Karno atau simpatisan PKI, menolak ultimatum tersebut. Akibatnya, mereka dicabut paspornya dan menjadi ‘stateless’,” ungkap Ari.

Ari mengaku kerap bolak-balik ke berbagai negara untuk menemui para eksil itu. Para eksil, kata Ari, walau sudah menjadi orang Rusia, beristrikan wanita Ceko atau beranak cucu campuran, namun jiwa raganya masih Indonesia. “Mereka ingin, jika meninggal kelak, bisa dikubur di tanah air,” katanya.

0 Komentar