Siapa Sosok Eksil Tragedi 1965, Orang Tua Angkat Bjorka di Warsawa?

Siapa Sosok Eksil Tragedi 1965, Orang Tua Angkat Bjorka di Warsawa?
Ibadah penghiburan atas meninggalnya Batara Ningrat Simatupang (sumber: sbsinews.com)
0 Komentar

Pada 11 April 1985, Batara menikah dengan Dra. Sekartini Markiahtoen Nawawi di Amsterdam. Istrinya, yang berasal dari Jawa Barat, pernah menjadi dosen di IKIP Bandung.

Batara Ningrat Simatupang meninggal dunia Sabtu, 2 Juni 2018 di Belanda.

Dalam buku berjudul Otobiografi Dr. Batara Simatupang & Kumpulan Tulisan yang diterbitkan terbatas oleh Yayasan Del di tahun 2012 mengungkapkan keputusan menyakitkan itu diterbitkan pada 4 Oktober 1966. Melalui sebuah proses yang tak jelas prosedurnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Warsawa, Polandia, mencabut paspor 11 mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negara itu. Alasannya, para mahasiswa itu, ”Telah menunjukkan iktikad tidak baik dan tidak memenuhi kewajiban untuk mengikuti screening.”

Beberapa hari sebelumnya, Kedutaan Indonesia di Polandia menginstruksikan para mahasiswa Indonesia untuk mengikuti proses screening yang akan dilaksanakan oleh sebuah panitia khusus. Mereka yang tak hadir langsung mendapat ganjaran keras: dicabut paspornya. Praktis, sejak itu, 11 mahasiswa tersebut tidak punya kewarganegaraan alias stateless.

Baca Juga:Menerka di Balik Nama BjorkaNah Ini Dia, Foto Profil yang Digunakan Bjorka Cover Album Bjork: Utopia

Satu di antara mereka adalah Batara Simatupang, asisten dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Ia sedang belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Warsawa untuk meraih gelar doktor. Di bawah bimbingan Profesor Wodzimierz Brus, Batara mengambil spesialiasi ekonomi politik sosialisme.

Dengan pencabutan paspor itu, yang tak bisa dilepaskan dari gonjang-ganjing politik di indonesia pada 1965, studi Batara berantakan. Selama beberapa tahun, pria kelahiran 25 Mei 1932 itu memang masih bisa tinggal di Polandia, berbekal dowod tosamosci, semacam KTP pengganti untuk orang yang stateless. Namun, pada 1971, ketika izin KTP pengganti itu habis dan tak bisa diperpanjang, mau tak mau Batara mesti meninggalkan Polandia.

Sabtu pekan lalu, Batara mengisahkan kembali cerita pencabutan paspornya itu tanpa aura kemarahan atau dendam. Dalam syukuran ulang tahunnya yang ke-80 di Hotel Sultan, Jakarta, ia justru lebih banyak tertawa. Kini Batara Simatupang adalah warga negara Belanda. Dia dikenal sebagai ahli ekonomi dengan spesialisasi ekonomi sosialis. Meraih gelar doktor dari Universitas Amsterdam pada 1991, Batara menulis disertasi mengenai kemunduran ekonomi Polandia pada 1971-1982.

Batara berkisah, “Bagi saya keputusan pencabutan passport oleh KBRI di Warsawa ini sangat mengejutkan dan tidak adil. Nasib yang sama juga menimpa ratusan mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri sosialis di Eropa Timur, Uni Soviet, dan Asia.”

0 Komentar