Siapa Sosok Eksil Tragedi 1965, Orang Tua Angkat Bjorka di Warsawa?

Siapa Sosok Eksil Tragedi 1965, Orang Tua Angkat Bjorka di Warsawa?
Ibadah penghiburan atas meninggalnya Batara Ningrat Simatupang (sumber: sbsinews.com)
0 Komentar

Pada 1970, Batara pindah ke Jerman Barat, meminta suaka dari negara itu, dan tinggal di Mainz. Ia tinggal di negara itu hingga tahun 1977 dan hidup sebagai buruh kasar hanya sekadar untuk bertahan hidup. Kadang-kadang ia bekerja di pabrik cat, sambil mengambil kulia di Universitas Mainz.

Pada 1978 ia pindah ke Belanda, memperoleh beasiswa dari Universitas Vrije di Amsterdam dan selama dua tahun hingga 1979 ia melakukan penelitian tentang sejarah perekonomian Indonesia. Pada 1980 ia bekerja sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Amsterdam, dengan spesialisasi sistem ekonomi sosialis Eropa Tengah dan Timur. Ia banyak menulis mengenai ekonomi sosialis negara-negara Eropa Timur di berbagai jurnal ilmiah Belanda dan internasional. Ia juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan diundang sebagai pembahas masalah ekonomi di Radio Hilversum.

Bulan Februari 1992, ia memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu ekonomi setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “The Polish Economic Crisis 1979-1982,” di Universitas Amsterdam. Sejak Mei 1995 Batara diangkat menjadi peneliti tamu di FE Universitas Amsterdam. Ketika ia berusia 65 tahun, pada 1997, ia pun pensiun.

Baca Juga:Menerka di Balik Nama BjorkaNah Ini Dia, Foto Profil yang Digunakan Bjorka Cover Album Bjork: Utopia

Pada 1985, setelah hampir selama 15 tahun tanpa kewarganegaraan, Batara resmi menjadi warga negara Belanda. Meskipun demikian, pemerintah Orde Baru tetap tidak mengizinkannya masuk ke Indonesia, sehingga ketika ibunya meninggal dunia pada 1986 di Porsea, ia tidak dapat menghadiri pemakamannya. Meskipun demikian, Batara masih sempat bertemu dengan ibunya ketika pada 1974 ibunya terbang ke Singapura dan menemui anaknya tercinta di negara itu. Baru setelah rezim Orde Baru tumbang, Batara dapat kembali ke Indonesia.

Selama rezim Orde Baru berkuasa, Batara tak diizinkan masuk ke Indonesia. Akibatnya, ia tak bisa melihat ibunya, Mina boru Sibuea. Tapi, di usia 82 tahun, pada 1974, Mina terpaksa terbang ke Singapura, untuk bertemu dengan anak ketujuhnya tersebut. Tapi, tatkala Mina meninggal di usia 94 tahun, pada 1986 di Porsea, Batara tak bisa datang karena tak diizinkan masuk Indonesia. “Tapi setelah Orde Baru tumbang, saya mudah masuk ke Indonesia, tak ada persoalan. Dan kalau kesehatan saya baik, saya akan tiap tahun datang ke Indonesia, tinggal empat sampai enam bulan,” katanya.

0 Komentar