Selusur Jalan Tuan Marsekalek, Terungkap Jalan Raya Pos Sumedang-Cirebon yang Sesungguhnya

Selusur Jalan Tuan Marsekalek, Terungkap Jalan Raya Pos Sumedang-Cirebon yang Sesungguhnya
Jembatan Cimanuk Sumedang-Karangsembung
0 Komentar

Dari Bandoeng (Bandung) lewat Tjebeunjing (Cibeunying)–stasiun pos pertama, 695m. di atas permukaan laut/dpl.–kemudian masuk ke Oedjong-hroeng (Ujungberung), terus Tjibiroe (Cibiru), dan Tjimanoek (Cimanuk)–stasiun pos ke-2, 700m. dpl.–belum terlacak keberadaannya dalam peta sekarang, kemudian masuk ke Tandjoeng-sari (Tanjungsari)–stasiun pos ke-3, 858m. dpl., terus ke Tjiherang (Ciherang)–stasiun pos ke-4, 558 dpl., lalu ke Soemedang (Sumedang) –460m. dpl.

Dari Sumedang dilanjutkan ke Tjimalaka (Cimalaka)–5 mil, masuk ke stasiun pos Tjibeureum (Cibeureum)–4 mil,–belum terlacak—terus ke Paseh (4 mil)—[dari Paseh naik ke utara menuju] stasiun pos Tjiandal (Ciandal–belum terlacak), di daerah Tongeang (Conggeang)–41 mil, lalu masuk ke stasiun pos Banasbanten (3 mil), lanjut ke stasiun pos Tjipilang (Cipelang), dan berhenti di stasiun pos Karang sambong (Karangsambung)–45m dpl.; “kota” perbatasan karesidenan Preanger (Priangan) dan Cheribon (Cirebon),yang berada di kawasan Tjimanoek (Cimanuk).

Dari Karangsambung perjalanan dilanjutkan ke desa Liang-Djoelang (Liangjulang), lalu desa Dawoean (Dawuan) yang termasuk kawasan Tjibioeh(Cibiuh–Cibiuk?), lanjut ke desa Batoe-Boejoek (Baturuyuk)– sekarang dusun Pos–bukan Baturuyuk 1 atau 2 (?), lalu ke desa Broedjoel (Burujul), lanjut melewati perkebunan tebu Djattiwanggi (Jatiwangi), masuk desa Tjikiroeh (Tjikroe–sering ditulis Tjikro, atau bahkan SIKARO (a.l. tahun 1686)–sekarang ini Cikro/Cikeruh/Sikaro itu yang mungkin menjadi Pos Boboko Sindangwasa [bisa jadi tadinya dinamakan ‘sikaro’ oleh Belanda dan terdengar di telinga Sunda jadi “boboko”–karena pasti ini bukan tempat membuat boboko tempat nasi, bisa jadi juga Tjikro yang saat ini jadi kampung Cikuyuk desa Pasir [dalam peta Belanda yang lain disebut nagarij Depokpassir]–terlampau jauh dari jalan (?), lalu masuk ke desa Pondej (Panday/Peundeuy–? belum terlacak), masuk desa Plasa (Palasah), desa Pandatar (Palahlar?), desa Bongas, desa Bendjaran (Banjaran), terus melewati Passar Parapattan (Pasar Parapatan).

Baca Juga:Saat Mas Galak Jalani Perintah Louis NapoleonOperasi Militer Zionis di Jalur Gaza atau Tepi Barat, Fokus Jenin Bakal Digelar

Dari Parapatan lanjut ke desa Waringin (Ciwaringin), kemudian desa Pedjagan-asen (Pejagan Asem), lalu desa Gempol, lewat Fort Palimanan (Benteng Palimanan)–11 mil dari Cheribon/Cirebon, lanjut melewati Passar Djamlang (Pasar Jamblang), kemudian ke desa Karbarepan (Kebarepan), melewati perkebunan tebu Soerawingaoen (Surawinangun), masuk ke desa Peloemboeng (Plumbon), terus ke desa Karang-assem (Karangasem), lalu desa Wandasatoe (Wandasatu–sekarang Wadas/Wadaspos?), kemudian desa Djetis/Jetis, desa “yllssman” (Asinan?), terus desa TFeroe (Weru), melewati Passar Plered, lewat Loewar Kota (Luarkota–tidak jelas lagi sekarang sebagai desa apa, pernah jadi distrik dari Kabupaten Cirebon semasa ketika Kabupaten Majalengka–alias Majapaait–masih Kabupaten Maja), terus lanjut ke Tajngkil (Tangkil)–kediaman Residen, atau melalui Kamenka-gedeh (Kemlakagede) terus ke Cheribon (Cirebon). (*)

0 Komentar