Ryan Wesley Routh, Tersangka Upaya Pembunuhan Donald Trump Pendukung Vokal Ukraina

Ryan Wesley Routh
Ryan Wesley Routh
0 Komentar

TERSANGKA upaya pembunuhan Calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, pada Minggu (15/9/2024), Ryan Wesley Routh (58), resmi didakwa sebagai penjahat dengan bersenjata api dan kepemilikan senjata api dengan nomor seri yang dihapus.

Dalam sidang perdana upaya pembunuhan Trump yang digelar di West Palm Beach, Florida, Senin (16/9/2024), Routh disebut menghabiskan masa dewasa tinggal di North Carolina, negara bagian pesisir Atlantik tengah. Akan tetapi, Routh saat ini tinggal di tepi laut Kaawa.

Routh disebut beberapa kali berurusan dengan penegak hukum saat tinggal di daerah Greensboro, North Carolina. Ia dihukum pada tahun 2002 karena memiliki senjata pemusnah massal. Kepemilikan tersebut terungkap saat Routh dihentikan kepolisian di tengah jalan.

Baca Juga:Selamat Hari Radio Republik IndonesiaUMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke Indonesia

Selain itu, Routh juga tercatat sebagai pendukung vokal Ukraina. Ia pergi ke Ukraina pada saat invasi Rusia di tahun 2022. Routh pun sempat berbicara kepada wartawan bahwa dirinya berharap Ukraina merekrut pejuang asing untuk mendukung Kyiv. Akan tetapi, Routh ditolak karena terlalu tua untuk menjadi sukarelawan dan bertempur dengan pasukan Ukraina.

“Banyak konflik lainnya yang masih belum jelas, tetapi konflik ini sudah jelas. Ini tentang kebaikan melawan kejahatan,” kata Routh dalam wawancara video yang diunggah oleh Newsweek Romania pada bulan Juni 2022 dengan mengenakan kemeja dengan simbol bendera Amerika sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (17/9/2024).

“Jika pemerintah tidak akan mengirim militer resminya, maka kami, warga sipil, harus meneruskan perjuangan,” kata Routh. Dia sempat tinggal di Kyiv di sebuah tenda yang dihiasi bendera negara-negara yang warganya tewas dalam perang.

Seorang pejabat legiun mengatakan pada CNN bahwa Routh memang menawarkan diri untuk menjadi relawan. Akan tetapi, militer Ukraina menduga Routh sebagai orang gila.

“Kami bahkan tidak menjawab, tidak ada yang perlu dijawab. Dia tidak pernah menjadi bagian dari Legiun dan tidak bekerja sama dengan kami dengan cara apa pun,” kata seorang perwira Departemen Koordinasi Orang Asing dari Komando Angkatan Darat, Oleksandr Shaguri, kepada CNN.

Routh sempat membuat unggahan lewat X (dulu Twitter) pada Juni 2020 yang mengarah pada Trump bahwa dia akan memenangkan pemilihan ulang jika Trump mengeluarkan perintah eksekutif bagi Departemen Kehakiman untuk mengadili pelanggaran polisi.

0 Komentar